Chirebon –
Tari Topeng Klana akan dihidupkan kembali di Festival Jawa Barat tahun 2024. Dari mana asal usul tarian tersebut? Mari kita simak penjelasannya.
Tari Topeng Klana atau Topeng Kelana merupakan tarian yang berasal dari Cirebon. Kesenian ini telah lama berkembang di sekitar Cirebon seperti Indramayu.
Tarian ini merupakan bagian dari Tari Topeng Cirebon. Klan sendiri merupakan salah satu dari lima jenis topeng yang ada dalam Tari Topeng Cirebon.
Clan Mask adalah masker wajah terbaik dalam kehidupan manusia yang diungkap oleh Cirebon Mask. Yaitu Topeng Panji (anak-anak), Samba (anak-anak), Rumyang (remaja), Tumenggung (dewasa) dan Kelana (puncak kedewasaan).
Topeng yang digunakan dalam Klan Topeng adalah topeng berwarna merah yang mirip dengan tokoh Rahwana dalam cerita Ramayana. Sehingga Tari Klan kadang juga disebut dengan Tari Rowana, walaupun sejumlah dalang Cirebon menganggap Tari Klan dan Tari Rowana berbeda.
Tari topeng Klana menunjukkan sikap pemarah dan serakah. Kegiatannya meriah dan diiringi alunan musik Gonjing, Salung Ilang dan Dermayonan.
Sikap dan tarian marah tersebut akan terlihat pada West Java Festival 2024 yang digelar di Gedung Sate Kota Bandung pada 23-25 Agustus 2024. Asal Usul Tari Topeng Klana
Topeng Cirebon Klana atau Topeng Cirebon Klana merupakan tarian yang mewakili salah satu dari lima purwa atau topeng Cirebon. Karakter Kelana atau Rahwana diangkat karena topeng ini sangat dinamis jika diterjemahkan ke dalam gerakan tari.
Kajian Kiki Rohmani dan Nunung Nurasih bertajuk Tari Topeng Cirebon Klana Gaya Slangit, Konsep Kreatif Pertunjukan Tari dalam Jurnal Makalangan, 2019 menjelaskan bahwa tugas penari (pikiran) adalah menghidupkan karakter dengan topeng yang dikenakannya. . Termasuk ketika dalang menggunakan topeng bergerak.
Topeng Klan yang berwatak kasar dan keras menunjukkan sosok orang jahat, serakah, pemarah yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, serta memperlihatkan sosok orang mabuk, pemarah, suka tertawa, dan penuh kasih sayang, tulis Kiki Rohmani dan Nunung Nurasih. .
Topeng Cirebon Sunan Panggung dalam sejarah penyebaran agama Islam pernah digunakan dalam penyebaran agama Islam, ketika Islam menjadi agama mayoritas masyarakat, tari topeng digunakan untuk mewariskan tarian itu sendiri, pendidikan dan hiburan.
Dahulu, karena tarian ini dibawakan dalam tradisi bebarang (gamen), ciri khas tarian tersebut berasal dari masing-masing daerah tempat topeng itu berdiri dan diadopsi oleh komunitas Tari Topeng Klana setempat.
Buah dari tradisi bebarang, tari topeng Klan tumbuh di banyak daerah dan mempunyai ciri khas tersendiri.
Hal ini terutama terlihat pada gerak dan gaya tariannya. Misalnya saja Topeng Otak Losari, Topeng Slangit, Topeng Gegesik, Topeng Pekandangan, Topeng Subang, Topeng Indramayu, Topeng Creo, Topeng Palimanan, dll.
Nama daerah tersebut merupakan asal muasal tari topeng tersebut. Namun, ada juga tari topeng yang diasosiasikan dengan nama chorus atau paduan suara. Misalnya topeng rasinah, topeng sujana, topeng keni, topeng dewi atau topeng sawitri dll.
“Nama topeng yang dikaitkan dengan nama orang erat kaitannya dengan tarian dan gaya menarinya. Misalnya saja topeng Sujana yang mempunyai pola gerakan kaki yang lembut dan memberikan sedikit kilau ketika berjalan atau menari. Di sisi lain, topeng Savitri dalam adegan tersebut memiliki bentuk kaki yang terbuka lebar ke samping, yang menunjukkan kesan “Panceg atau kuat”, kata surat kabar Makalangan.
—-
Artikel ini muncul di detikJabar.
Simak video “Kasus Vina, Bareskrim Gelar Laporan Pertama Kasus Dede dan Aep” (wsw/wsw)