Jakarta –
Saat ini banyak orang yang semangat menjadi pribadi produktif ingin melakukan berbagai aktivitas bermanfaat untuk mencapai hasil yang prima dan maksimal. Sayangnya produktivitas tersebut terkadang tidak diimbangi dengan kapasitas diri sehingga seseorang mengalami kerja berlebihan yang berdampak pada kesehatan, termasuk risiko penyakit jantung.
Hal ini biasa dialami oleh pekerja kantoran, pekerja lapangan, pengusaha dan atlet. Olahraga berat yang melebihi kapasitas dapat memicu penyakit jantung seperti aritmia atau aritmia.
Aritmia menyebabkan jantung penderita berdetak tidak teratur, sehingga jantung yang memompa darah tidak bekerja dengan baik sehingga mengakibatkan gangguan aliran darah ke bagian tubuh lainnya. Aritmia juga dikenal sebagai gangguan irama jantung atau sistem kelistrikan. Gejalanya bisa bervariasi, dan jantung mungkin berdetak lebih lambat (kardiovaskular) atau lebih cepat (infark miokard).
Seseorang yang mengalami aritmia jantung bisa saja mengalami komplikasi lain seperti stroke. Data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika menunjukkan bahwa orang dengan aritmia jantung lima kali lebih mungkin terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak memiliki penyakit arteri koroner.
Saat mempertimbangkan faktor risiko, penting untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan disritmia produktivitas. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan aritmia antara lain tekanan darah tinggi, diabetes, hipertensi, faktor genetik, olahraga, kafein, nikotin, obat-obatan, dan kondisi jantung lainnya.
Anda harus bisa memprediksi sendiri dengan mendeteksi aritmia jantung sejak dini. Caranya adalah dengan mengenali tanda-tanda aritmia, seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, kelelahan, nyeri dada, sesak napas, hingga kematian.
Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis jantung spesialis aritmia. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan mengevaluasi gejala yang dialami pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan elektrokardiografi, tes treadmill, Holter Monitor dan pemeriksaan elektrofisiologi. Fasilitas tersebut terdapat di berbagai rumah sakit termasuk Mayapada Hospital yang memiliki Pusat Deteksi Dini, Skrining, Diagnostik Kardiovaskular, Bedah Jantung, dan Rehabilitasi Jantung.
Dokter Spesialis Kardiovaskular, Konsultan Aritmia dan Intervensi Mayapada Hospital Surabaya, dr. Rerdin Julario, SpJP(K) menjelaskan pemeriksaan elektrofisiologi merupakan gold standard untuk mendiagnosis aritmia.
“Penelitian ini memungkinkan untuk memetakan aktivitas kelistrikan jantung, sehingga memungkinkan untuk mengidentifikasi titik dimana gangguan kelistrikan jantung dapat terjadi. Berdasarkan hasil studi EP, dapat ditentukan jenis aritmia dan pengobatan yang diperlukan untuk mengembalikan irama jantung. kata dr Rerdin dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/5/2024).
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Konsultan Aritmia Dr. SpJP(K) Agung Fabian Chandranegara menambahkan, pasien yang menderita aritmia juga harus memiliki pengetahuan tentang defibrilasi. Ablasi jantung adalah prosedur untuk meningkatkan ritme jantung dan biasanya digunakan untuk menghentikan aritmia dengan memasang alat pacu jantung.
Ablasi jantung adalah operasi revaskularisasi dengan memasukkan kateter ke dalam jantung melalui pembuluh darah. Elektroda di ujung kateter dilengkapi dengan energi radioaktif untuk mengatasi titik-titik tertentu di jantung yang menyebabkan aritmia. ” jelasnya.
Sekadar informasi, Mayapada Hospital Cardiovaskular Center merupakan pusat kesehatan komprehensif untuk pengobatan kardiologi dengan dokter spesialis ahli dan dokter subspesialisasi. Pusat kesehatan ini juga memiliki peralatan tercanggih dengan teknologi terkini untuk pengobatan komprehensif segala jenis kondisi jantung, mulai dari skrining, diagnosis, bedah jantung hingga rehabilitasi jantung, serta menyediakan layanan jantung darurat 24 jam.
Tonton “Dokter Menjelaskan Serangan Jantung Pagi Hari yang Umum” (ega/ega)