Jakarta –
Ternyata wisata pegunungan sedang mengalami anomali. Tren dan minat pendaki semakin meningkat, namun omzet toko perlengkapan outdoor belum kembali ke level sebelumnya.
Ketua Umum Asosiasi Toko Petualangan Indonesia (IASA) Tongam Panggabin membeberkan hasil survei yang dilakukan di kalangan anggota IASA. Pendapatan bulanan rata-rata dari sebuah toko terbuka jelas sangat luar biasa.
Untuk kategori toko kecil outdoor, pendapatannya sekitar Rp 75 juta per bulan. Sedangkan untuk toko outdoor rata-rata keuntungannya Rp 150 juta, dan untuk kategori toko besar pendapatannya mencapai Rp 250 juta per bulan.
“Satu pemilik bisa mempunyai lebih dari satu toko, antara 2 sampai 5 toko. Dan tiap toko ada 2-10 orang, tergantung besar kecilnya toko,” kata Thangam, Kamis (22/8/2024).
Namun, menurut Thangam, omzet yang dinikmati para pengusaha toko outdoor saat ini belum pulih hingga 100 persen. Angka tersebut masih “jauh” dibandingkan sebelum pandemi.
Meski tren wisata alam menunjukkan grafik positif, namun belum berhasil mengangkat opini para pendiri toko outdoor. Dibandingkan sebelum pandemi, tingkat omzetnya hanya mencapai 60 persen.
Tongum meyakini anomali tersebut disebabkan maraknya produk perlengkapan outdoor asal China yang membanjiri pasar Indonesia.
Ia mengatakan, tren menabung dan membeli barang bekas dari luar negeri juga mempengaruhi pendapatan kita.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, IASA juga berharap pemerintah Indonesia dapat lebih proaktif dan melihat potensi bisnis toko outdoor di Indonesia. Misalnya dengan memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM atau memfasilitasi mereka memasarkan produk ke UMKM melalui pameran atau bazar.
Berdasarkan data IASA, jumlah toko perlengkapan outdoor di Indonesia mencapai lebih dari 1.000 toko. Jika rata-rata pendapatan satu toko outdoor per bulan adalah Rp 150 juta, maka total omzet toko outdoor di seluruh Indonesia akan mencapai Rp 150 miliar per bulan. Simak video Evakuasi Pendaki Meninggal di Gunung Agung Bali (wsw/wsw)