Jakarta –
Pernyataan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Indonesia (BKKBN), Hasto Vardoyo, belakangan menjadi sorotan. Pasalnya, dia meminta setiap keluarga memiliki minimal satu anak perempuan.
Hal ini bukan tanpa alasan, nampaknya disebabkan oleh angka kelahiran atau angka kesuburan total (TFR) Indonesia yang turun signifikan. Hal ini, menurut Haston, ideal untuk menahan pertumbuhan penduduk.
“Karena kalau kurang dua anak, hampir pasti 1 perempuan akan melahirkan 1 perempuan,” jelas Hasto kepada wartawan, detikcom Selasa (2/7/2024).
Berdasarkan tren tahun 1970, rata-rata perempuan saat itu bisa melahirkan enam atau bahkan sembilan anak per keluarga. Jauh sekali dari 2.1 saat ini.
“Jadi penurunannya sangat progresif dalam beberapa dekade terakhir. Sebelumnya, angka kelahiran, atau angka kesuburan total, adalah 5,6 pada tahun 1970.”
“Karena waktu itu anaknya 6, 7, 8, 9, sekarang 2,18,” jelasnya.
Menurut dia, TFR terpantau mengalami penurunan di Pulau Jawa, hingga saat ini indikator tersebut berada pada level 2.0. Hal ini berbeda dengan provinsi lain yaitu Papua Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masih mencatat TFR sangat tinggi.
“Di Jawa sudah 2,0 ya, dulu di Jabar 2,00, di Jateng 2,04, DIY 1,9, DKI 1,89,” ujarnya.
“Jadi ya pembangunan yang asimetris harus dibenahi. Ada daerah lain seperti NTT, Papua yang masih banyak anak-anaknya. Tapi di daerah Jawa ini sangat rendah,” ujarnya. Simak video “Penjelasan BKKBN tentang Usia Kehamilan Maksimal 35 Tahun untuk Cegah Anak Tunagrahita” (naf/up)