Jakarta –
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menghadapi krisis populasi. Angka kelahiran dan pernikahan terus menurun, dan angka populasi secara bertahap menurun.
Tahun ini, Korea Selatan diperkirakan akan mengalami peningkatan angka kelahiran untuk pertama kalinya dalam 9 tahun terakhir. Komisi Presiden untuk Kebijakan Sosial dan Kependudukan tentang Penuaan memperkirakan total angka kelahiran di negara ini akan mencapai 0,74 bayi tahun ini, naik dari 0,72 pada tahun 2023.
Jika perkiraan ini benar, maka ini akan menjadi kenaikan pertama sejak tahun 2015, ketika angka kelahiran mencapai 1,24 anak.
Kantor Anggaran Majelis Nasional Korea Selatan juga menerbitkan perkiraan serupa bulan lalu. Menurut mereka, peningkatan tersebut bisa bertahan hingga tahun 2028.
“Tingkat kesuburan total diperkirakan akan meningkat lagi pada tahun ini untuk pertama kalinya sejak tahun 2015. Jumlah ini akan bertambah 0,2 anak dari tahun sebelumnya dan diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun 2028,” kata biro tersebut, seperti dikutip dari Korea Times . , Kamis (28/11/2024).
Itupun jumlah penduduk Korea Selatan akan terus berkurang hingga saat ini. Keadaan ini disebabkan oleh angka kematian yang melebihi angka kelahiran.
Kantor Anggaran Majelis Nasional mengatakan angka kelahiran dan pernikahan meningkat setelah pandemi ini. Banyak orang yang menunda pernikahan di masa pandemi COVID-19 akhirnya menikah.
Lebih dari 20 ribu bayi lahir dari Juli hingga Agustus. Jumlah ini sekitar 1.100-1.500 lebih banyak dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jumlah pasangan yang menikah pada Januari hingga Agustus mencapai 146.504 pasangan. Jumlah tersebut meningkat 12,2 persen atau 15.918 pasang dibandingkan tahun sebelumnya.
Para ahli menekankan perlunya kebijakan yang konsisten untuk mempertahankan peningkatan angka kelahiran di Korea Selatan.
“Dampak dari kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran akan muncul dengan jeda 1-2 tahun. Kita harus melanjutkan langkah-langkah yang konsisten untuk memastikan tren peningkatan kelahiran dan pernikahan terus berlanjut,” kata Hong Sok, seorang profesor ekonomi di Seoul. Universitas Nasional. chul. Lihat “Setelah Jepang dan Korea Selatan, Singapura juga mengalami krisis populasi” (avk/kna)