Jakarta –
Ayah Dante, Anger Dimas, bersaksi saat anaknya dijatuhi hukuman mati di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Pria yang berprofesi sebagai DJ ini awalnya mengatakan Dante tak ingin diautopsi.
Namun Anger Dimas diminta mendatangi Polsek Duren Sawit untuk mencari tahu kematian Dante. Terakhir, Polda meminta Metro Jaya menyuratinya surat pembatalan penolakan autopsi.
“Sebenarnya waktu saya di RS Premier Jatingara, saya minta agar anak saya diotopsi. Tapi pihak rumah sakit tidak mau karena harus diperintahkan polisi. Keesokan harinya polisi datang untuk melakukan autopsi. Tulis saya surat yang menyatakan saya tidak menginginkannya dan saya menolaknya,” kata Marah Dimas dalam kesaksiannya.
“Karena jenazah anak saya sudah siap untuk dimakamkan, akhirnya saya menolak otopsi pada 4 Februari 2024 di Polda Metro Jaya. Kemudian petugas koroner melakukan otopsi,” imbuhnya.
Ia pun merasa ada yang aneh dengan kematian Dante. Karena cedera di leher Dante, Anger ingin putranya dimakamkan di rumahnya.
“Waktu di premiere, aku mau autopsi karena ada luka yang tidak biasa di leherku. Belum ada polisi. Aku ingin Dante dibawa pulang. Tapi rumahku kecil, dia (Tamara) ingin tinggal. Itu dua minggu, hatiku hancur, anakku mati di tangan seorang laki-laki.
Sebelumnya, Anger mengira itu adalah bencana. Hingga seseorang di kolam renang menyadari bahwa kematian Dante tidak wajar.
“Lalu Johannes menyuruh saya melihat CCTV (dari kolam renang) tapi saya tetap menolak. “Apa yang Tamara lakukan pada anak saya? “, “Ini bukan laki-laki.” Kata ibuku yang sudah meninggal, putramu dibunuh. .
Amarah juga meyakini bahwa anak laki-laki itu takut berenang. Bahkan Anger mengira Dante sakit setelah terlalu banyak berenang, sehingga tidak mau berenang lagi.
“Saya (tidak bisa berenang), saya cedera (waktu kecil), jadi selalu sakit setelah berenang. Jadi kami punya dokter tetap, dia minta kami berhenti berenang. Dia (air) takut, saya selalu risih kalau lihat dia,” tutupnya. “Tamara Tiasmara dari Anger Dimas Tonton videonya (fbr/mau)