Jakarta –

Jam kerja pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masih menjadi keluhan banyak warga karena dianggap terlalu berlebihan. Dekan FK Universitas Diponegoro juga mengakui hal serupa juga terjadi di sekolahnya.

Terutama di bidang anestesi. Di masa lalu, tidak ada aturan yang harus diterapkan. “Masing-masing subjek mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda, kecuali pembedahan, anestesi merupakan pekerjaan yang paling sulit. Apalagi jam kerjanya,” Dr. Direktur Departemen Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undeep). Yan Wisnu Prajoko saat diwawancarai media, Jumat (24/8/2024).

Namun, Kementerian Kesehatan RI sebelumnya telah mengeluarkan pernyataan terkait persetujuan aturan jam kerja pada masa PPDS. Jumlah yang disarankan adalah 80 jam per minggu, yang mencerminkan peraturan di berbagai negara.

“Jadi 80 jam itu perkiraan kalau kita definisikan dua shift dalam seminggu, 6 sampai 7 hari, 10 jam sehari,” imbuhnya.

Ia menambahkan, tidak semua mata pelajaran mendapat beban yang berat atau berat. Beberapa persyaratan jam perawatan juga diserahkan kepada sumber daya masing-masing penduduk.

Katanya, “Dalam dunia pendidikan, kita sering bekerja sama sekali, semua orang mendapat waktu kerja yang sama dan kita tahu teman-teman bisa istirahat kalau capek, bisa saling mengubah.”

Jadi iya, secara teori, kalau saya bilang tadi, tidak ada aturan jamnya. Tapi sekarang pemerintah dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan RI, sepakat untuk melakukan 80 jam dalam seminggu. Saksikan video “Menteri Kesehatan soroti jadwal pemilu pemimpin yang bersekutu dengan Copsus” (naf/up)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *