Jakarta –
Read More : Guillermo Ochoa Gabung Klub Portugal, Rajut Asa ke Piala Dunia
Topik tentang kecerdasan buatan atau AI saat ini sedang menjadi topik yang kontroversial. Banyak orang khawatir bahwa kecerdasan buatan dapat menggantikan pekerjaan manusia, namun di sisi lain, hanya sedikit yang percaya bahwa teknologi kecerdasan buatan akan membuat kehidupan lebih baik.
Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Symmetry, sebuah konsultan AI global yang berbasis di Inggris, bekerja sama dengan Samsung. Dalam sebuah laporan berjudul Mobile AI Report: Potensi AI sebagai pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih baik, laporan ini berfokus pada titik temu antara inovasi teknologi dan tantangan ekonomi.
“Studi dengan Samsung ini adalah studi pertama yang memahami dampak AI terhadap kesehatan manusia,” kata Dr. Chris Brauer, Kepala Inovasi di Goldsmiths Institute of Management Studies, Universitas London berpartisipasi dalam penelitian ini.
“Apa yang kami pelajari memberi kita indikasi jelas akan potensi besar yang dimiliki AI,” ujarnya pada konferensi Salon d’AI di 3 Mzarium, Paris, Prancis beberapa hari lalu, juga diakses detikINET.
Penelitian tersebut melibatkan 5.000 orang berusia 18 tahun ke atas asal Perancis, Jerman, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat pada Juni 2024. Ada empat indikator kehidupan yang diukur, yakni kreativitas, produktivitas, hubungan sosial, dan kesehatan yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian, pengguna AI yang sering menggunakan AI cenderung melaporkan kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menggunakan AI. Para responden ini melihat AI sebagai alat pengubah pekerjaan.
“Mobile AI telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat di seluruh dunia. Penelitian kami menunjukkan korelasi yang sangat kuat antara indikator kualitas hidup dan konsumen yang menggunakan mobile AI.” kata Brauer.
Penelitian juga menunjukkan perbedaan global antar negara dalam penggunaan kecerdasan buatan. Korea Selatan memiliki proporsi pengguna AI terbesar dibandingkan negara lain.
Sementara itu, pengguna AI di AS lebih menunjukkan sisi kreatifnya dibandingkan pengguna lainnya. Mereka sering menggunakan AI seluler untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan membantu menyempurnakan ide-ide yang sudah ada.
Hasil tersebut, kata Vice President Samsung Research Global AI Center Daehyun Kim, menjadi bukti bahwa AI akan membuka kreativitas manusia. Selain itu, mayoritas responden percaya bahwa kreativitas AI dapat meningkatkan kreativitas manusia, bukan membatasi atau menggantikannya.
“Pengguna AI bisa melipatgandakan kreativitasnya. Dengan seluruh teknologi AI, kami membuat perbedaan besar dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Bagi pengguna AI seluler, produktivitas yang baik tidak lagi berarti melakukan lebih banyak dan lebih cepat. Sebaliknya, anggaplah diri Anda terlalu sibuk dengan kendali dan menghabiskan terlalu banyak waktu dan energi untuk melakukan hal-hal yang bernilai.
Menurut peneliti, orang Prancis lebih produktif dibandingkan orang lain.
Seluruh responden setuju bahwa mobile AI diharapkan dapat memudahkan interaksi dengan orang lain, mulai dari menerjemahkan percakapan hingga menu. Responden optimis bahwa kecerdasan buatan dapat meningkatkan kesehatan.
Pengguna dapat memantau tidur, pola makan, dan olahraga. AI juga membantu membuat penilaian kesehatan lebih mudah dipahami.
Hal ini juga sangat membantu karena seluruh peserta Salon d’AI menyepakati perlunya inovasi dan pengembangan AI bersama.
“Kami ingin mendorong inovasi namun tidak menghancurkan etika atau privasi,” kata Lucia Russo, ekonom dan analis kebijakan di Unit Kecerdasan Buatan (AI), Divisi Kebijakan Ekonomi Digital di OECD. Tonton video “Rise 2024 Google Siap Bekali 9.000 Mahasiswa Baru dengan Keterampilan AI” (afr/fay)