Jakarta –
Perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Timor Leste terus berlanjut. Setelah kegembiraan warga yang ingin bertemu Paus, ada pula warga yang bersedih karena digusur.
Timor Leste menghancurkan rumah-rumah warga desa di Tasitolu, dekat ibu kota Dili guna memperluas tempat komuni suci dengan Paus Fransiskus.
Tasitolu berjarak 15 menit dari Dili. Kawasan tersebut memiliki ruang terbuka luas di tengah desa yang akan menjadi tempat misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus.
Sekitar 95 persen penduduk Timor Leste yang berjumlah 1,3 juta jiwa beragama Katolik. Ini merupakan jumlah umat Katolik terbesar di negara mana pun, bahkan di luar Vatikan.
Oleh karena itu, kunjungan Paus selama tiga hari pada 9-12 September mendatang akan menjadi peristiwa terbesar dan bersejarah sejak Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia pasca Opinion Review tahun 1999.
Diperkirakan sebanyak 700 ribu orang atau sekitar 53,8 persen penduduk Timor Leste akan menghadiri misa suci yang dipimpin Paus Fransiskus di lapangan Tasitolu.
Menurut ABC Net, pejabat pemerintah daerah khawatir lapangan yang ada tidak cukup besar untuk menangani posisi ini. Karena itu, pemerintah mengatakan ratusan rumah yang dibangun secara ilegal di kawasan tersebut harus digusur.
“Saya sangat sedih. Mereka memberi kami pemberitahuan singkat dan sekarang mereka akan menghancurkan rumah kami,” Ana Bela da Cruz, seorang warga yang diusir dari rumah tersebut, mengatakan kepada ABC Net.
Meski kedatangan Paus Fransiskus menjadi momen menyedihkan bagi sebagian warga yang harus digusur paksa, namun masyarakat Dili sangat antusias menyambut kedatangan Paus.
Baliho “Selamat Datang Paus Fransiskus” ada dimana-mana. Kaos Paus banyak dijual di pinggir jalan. Paus adalah topik pembicaraan kemanapun Anda pergi.
“Saya sangat senang, saya menghitung hari,” Bendita de Jesus, seorang pedagang pasar di Dili, mengatakan kepada ABC Net.
“Saya sangat senang dia datang,” kata Angelina Pereira Soares, pedagang pasar lainnya.
“Namun, ada baiknya Paus mengunjungi Timor. Beliau akan melihat penderitaan dan perjuangan kami dalam kehidupan sehari-hari.”
Namun bagi masyarakat Tasitolu, kedatangan Paus Fransiskus justru menjadi persoalan baru penderitaan warga Tasitolu.
Sejak memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999, tempat-tempat seperti Tasitolu telah dikembalikan kepada masyarakat.
Tasitolu telah dinyatakan sebagai taman lindung dan lahan basah. Belakangan, orang-orang Timor yang miskin pindah ke ibu kota untuk mencari pekerjaan dan membangun rumah di sana.
Di Australia mereka dikenal sebagai penghuni liar, atau secara lokal disebut orang rai estadu. Mereka membangun komunitas dari rawa-rawa.
Anak-anak bersekolah di sekolah terdekat. Namun kini, pemerintah ingin kawasan tersebut dihilangkan.
“Mereka harus meninggalkan tempat ini,” kata Sekretaris Perencanaan Kota Timor-Leste, Germano Dias, pada hari pertama penggusuran paksa oleh pemerintah.
“Ini adalah bagian dari kawasan lindung. Mereka harus kembali ke desanya.”
Ada 185 keluarga yang ditandai untuk digusur dan rumahnya akan dibongkar.
Tonton video “7 Hal yang Harus Ditanyakan pada Tetangga Sebelum Membeli Rumah” (sym/sym)