Jakarta –
Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve saat ini sedang menghadapi tekanan inflasi. Wakil Ketua Federal Reserve Adriana Kugler mengatakan bank sentral tidak ingin mengganggu pasar tenaga kerja sebagai respons terhadap inflasi.
Dia mengatakan, langkah yang akan diambil bank sentral adalah berhenti memangkas suku bunga acuan atau Federal Funds Rate (FFR).
Sebelumnya, Federal Reserve memangkas suku bunga jangka pendek sebesar 1% tahun lalu menjadi 4,25%-4,5%. Situasi ini berdampak pada tingkat inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 2,4%. Angka tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan batas atas sebesar 7% dibandingkan tahun 2022.
Namun angka tersebut masih lebih tinggi dari target Federal Reserve sebesar 2%. Situasi ini membuat pengambil kebijakan AS memperlambat pertumbuhan ekonomi dibandingkan periode-periode sebelumnya.
“Kami tahu kami belum sampai di sana. Di saat yang sama, kami berharap tingkat pengangguran tidak meningkat,” kata Kugler seperti dikutip Reuters, Minggu (1 Mei 2025).
Sementara itu, Presiden Bank Sentral Federal San Francisco Mary Daley mengatakan tingkat pengangguran AS akan menjadi 4,2% pada November 2024. Menurut dia, jumlah tersebut relatif sama dengan sebelumnya.
“Saat ini, saya tidak memperkirakan pasar tenaga kerja akan melambat lagi, bahkan mungkin melambat,” kata Daley. kata Daley.
Namun, baik Kugler maupun Daley mengatakan para pejabat Fed sedang mempertimbangkan berbagai kemungkinan dampak kebijakan ekonomi Presiden terpilih Trump, termasuk pemotongan tarif dan pajak.
Tonton juga video: BPS catat inflasi 0,44% pada Desember 2024
(ribu/ribu)