Jakarta –
Read More : Bupati Lebak Janji Inventarisasi 32 Gunung Usai Diperingatkan Masyarakat Adat Baduy
Anda bisa berkeliling Yogyakarta dengan naik bus gratis Jogja Heritage Track (JHT). Bagaimana caranya? Lihat disini.
Ternyata, bermodalkan ponsel, traveler kini bisa menikmati keindahan Jogja selama satu jam secara gratis. Inilah Jogja Heritage Track, sebuah tempat wisata yang dikelola dan dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kundha Kakulturn).
JHT bertujuan untuk memperkenalkan secara mendalam kekayaan sejarah, budaya dan warisan Yogyakarta kepada masyarakat luas, penduduk lokal dan wisatawan. Melalui pusat ini, wisatawan dapat menikmati pengalaman unik menjelajahi situs bersejarah kota, sambil dipandu melalui rute khusus yang dirancang untuk menonjolkan warisan budaya dan kearifan tempat paling membanggakan di Yogyakarta.
Dikutip dari detikTravel akhir Februari 2024, bus JHT diluncurkan pada Maret 2022 dengan tujuan utama memperkenalkan poros filosofi Yogyakarta kepada wisatawan.
Program ini dirancang agar pengunjung dapat lebih memahami dan mengapresiasi nilai-nilai budaya yang dimiliki kota Yogyakarta.
“Rencananya kita akan ke tema-tema sejarah atau perjuangan Jogja sebagai ibu kota Republik, serta cara memasak dan cara religi. Saat ini yang dibicarakan hanya tentang bakti budaya saja, siapa tahu, mungkin bisa dimulai tahun ini,” kata Budi, guru Bassi di Jogja Heritage
Bus Jogja Heritage Track (JHT) menawarkan dua jenis bus, yaitu bus Kraton kuning dan bus Malioboro merah, dengan empat rute yang masing-masing menawarkan pengalaman unik menjelajahi berbagai sudut sejarah Yogyakarta.
Pukul 08.30 WIB rute bus Sangka Paraning Dumadi, bus Kraton, dan bus Malioboro berangkat dari pertigaan Tugu Jogja, Kraton, Panggung Krapyak, dan kembali ke pertigaan.
Selanjutnya pada pukul 11.00 WIB ada jalur Paraning Dumadi yang membawa wisatawan dari titik pertemuan menuju Tugu Jogja Keraton Yogyakarta, dan kembali ke titik pertemuan Teras Malioboro. Rute ketiga, Legacy, dimulai pukul 14.00 WIB, rute dari titik pertemuan ke Pojok Benteng, Kraton, dan kembali ke titik pertemuan Museum Sunobudoyo.
Terakhir ada jalur peninggalan kolonial yang menawarkan perjalanan menyusuri jalur peninggalan kolonial, dari titik pertemuan ke Tugu Pal, Stasiun Tugu, Malioboro, KM Titik Nol, kawasan Bintaran, Kota Baru dan kembali ke titik pertemuan. Rute yang berbeda memungkinkan wisatawan untuk merasakan keunikan Jogja dari sudut pandang berbeda, menjelajahi sejarah dan filosofi kota yang kaya akan budaya.
Perjalanan bus Jogja Heritage Track (JHT) memakan waktu satu jam, memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk menikmati keindahan dan sejarah Yogyakarta secara mendalam. Untuk mendapatkan pengalaman yang nyaman, disarankan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu minimal H-3, karena kursi di bus ini terbatas.
Selain itu, setiap perjalanan dilengkapi dengan kehadiran seorang guru yang siap mendampingi para wisatawan, memberikan informasi dan cerita menarik tentang sejarah, budaya dan filosofi kota Yogyakarta. Secara khusus, seluruh pengalaman dapat dinikmati secara gratis sehingga menjadi pilihan wisata edukasi dan terjangkau bagi siapa saja yang ingin mengenal warisan budaya Jogja dari dekat.
“Gratis, dan gurunya menambah wawasan, saya paham sejarah setiap tempat di Yogyakarta, seru banget, tapi ya harus reservasi,” kata Vina, salah satu pengguna bus JHT.
Menariknya, setiap pengunjung yang ingin menaiki Bus Jogja Heritage Track harus mengenakan pakaian, kemeja, dan sepatu batik, menambah nuansa budaya tradisional Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam wisata edukasi ini. Setiap perjalanan dibatasi delapan orang per bus, menciptakan suasana santai dan unik bagi penumpang.
Layanan ini tersedia pada hari Selasa hingga Minggu, dengan jadwal kerja pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui situs resmi Jogja Heritage, sehingga memudahkan wisatawan untuk merencanakan dan mengamankan share perjalanannya terlebih dahulu. Saksikan video “Video Tes Urine BNN Kepri pada Pilot dan Awak Pesawat di Bandara Batam” (FEM/FEM)