Jakarta –
Read More : Mau Dibuat Apa Pagar Misterius yang Membentang 30,16 Km di Laut Tangerang?
Di Palambang, Sumsel, seorang sopir Fadela alias Datuk (37) menganiaya penjaga perbatasan bernama Mohd Lotfi Hadihan (22). Menurut polisi, pelaku marah kepada korban karena tidak menuruti permintaan majikannya.
Kutipan dari detikSumbags Senin (16/12/2024) Selasa (10/12/2024) sekitar pukul 16.40 WIB, sebuah kedai kopi di Jalan Deming Buruh Turun, Kecamatan Palambang Ilir Barat I diserang.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Kesehatan Indonesia Bodi Gunadi Sadekan (Manx) menyatakan penyesalan mendalam atas kejadian tersebut. Menurutnya, hal tersebut merupakan contoh buruk dari apa yang terjadi pada pendidikan kedokteran di Indonesia.
“Itu tidak boleh terjadi dan itu bagian dari serangkaian hal, termasuk perundungan. Orang yang ditindas tidak suka, mereka bereaksi dengan hal-hal yang menurut saya sangat salah. Ini kekacauan yang perlu dibersihkan, kata Menteri Kesehatan Bodi kepada wartawan di Jakarta Selatan, Senin (16/12/2024).
“Menurut saya, harus ada aturan yang jelas tentang apa itu pekerjaan, apa aturannya, apa yang boleh, dan harus sesuai dengan peraturan yang ada dan standar etika yang relevan,” lanjutnya.
Menteri Kesehatan Budi menegaskan, peraturan terkait pelatihan kedokteran harus segera diperjelas. Hal ini untuk mencegah hal buruk terulang kembali dalam pendidikan kedokteran Indonesia.
“Menurut saya, sama parahnya dengan pelaku intimidasi di Semarang sampai (meninggal),” ujarnya.
“Hal ini perlu dibenahi agar sistem pelatihan kedokteran dan sistem pelatihan spesialis kita lebih seragam,” tutupnya.
Sebelumnya, Azhar Jaya, Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan Indonesia, mengatakan pihaknya kini sedang mempelajari kasus tersebut dan mendesak pihak universitas untuk segera menyelidikinya.
Azhar kepada detikcom, Jumat (13/12/2024), “Saya sudah belajar. Yang harus pindah adalah FK (Fakultas Kedokteran). Rumah sakit bisa mengembalikan sekolah berasrama maksimal ke FK.” ). Tonton “Video: Menteri Kesehatan mempertanyakan kekurangan dokter spesialis di banyak negara” (dpy/kna)