Jakarta –
Seorang dokter dan peneliti dari Stanford University, Dr. Bryant Lin berbagi kisahnya mengidap kanker paru stadium 4.
Menurut situs Universitas Stanford, Dr. Lin mengeluh batuknya tidak kunjung hilang selama enam minggu. Awalnya dia mengira dia punya alergi, tapi setelah mencoba inhaler yang berbeda, gejalanya tetap ada.
Akhirnya ia melakukan biopsi untuk memeriksa kondisi paru-parunya. Dua minggu kemudian, pada bulan Mei 2024, Dr. Lin didiagnosis mengidap kanker paru-paru stadium 4, meski ia tidak pernah merokok.
Dia berkata: “Saya tidak pernah berpikir saya akan terkena kanker ini.”
Kesadarannya menginspirasi dia untuk mulai mengajar kelas baru di Stanford, juga sebagai mata pelajaran. Kelas ini dirancang untuk mengajarkan siswa tentang perawatan kanker dan kasih sayang melalui sudut pandang pasien.
Pada saat yang sama Dr. Lin menerima perawatan medis delapan minggu setelah hasilnya keluar. Berbeda dengan banyak pasien kanker yang mengaku menunda berobat karena mengira batuk tersebut disebabkan oleh asma atau batuk rejan.
Hasil MRI menunjukkan kanker telah menyebar ke hati dan tulangnya. Yang paling menarik adalah banyaknya luka di otaknya.
“50 titik kanker di otak saya, saya sangat terkejut,” kata Dr. Lin.
Meski kebanyakan orang yang terkena kanker paru-paru disebabkan oleh kebiasaan merokok, namun tidak mungkin orang yang merokok bisa terkena penyakit mengerikan tersebut. Diperkirakan sekitar 15 persen pasien kanker paru-paru bukan perokok. Tonton video “Dokter: Kebanyakan kanker paru-paru tidak memiliki gejala” (kna/naf)