Jakarta –

Read More : Pria Kena Kanker Limfoma Hodgkin Stadium 4 di Usia 25, Alami Gejala Ini di malam Hari

Seseorang yang mengalami gangguan atau kelainan pada pembuluh darah otak akan menghadapi masalah yang serius dan berisiko. Penyebabnya, peredaran darah bisa terganggu, salah satunya karena adanya kelainan pada perkembangan pembuluh darah yang menghubungkan arteri dan vena otak.

Kelainan ini menyebabkan pembuluh darah terbentuk seperti benang kusut (disebut nidus). Secara medis, kondisi ini disebut dengan malformasi pembuluh darah atau arteriovenous malformation (AVM).

Tumor otak bisa berbahaya karena tumornya sendiri bersifat rapuh dan sewaktu-waktu mudah pecah sehingga berpotensi menyebabkan stroke hemoragik di otak. Contoh AVM terlihat pada pasien pria berusia 39 tahun yang mengalami kelemahan ekstremitas kanan secara tiba-tiba disertai gangguan memori dan bicara.

Kasus ini berhasil ditangani dengan angiografi serebral (digital Substraction Angiography/DSA) dan embolisasi endovaskular di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital Bandung dan ditangani oleh Dr. Kondrad MP Pasaribu, Sp.N (K) FINS.

Dokter Spesialis Neurologi, Konsultan Intervensi Neuro di Mayapada Hospital Bandung, Dr. Condrad MP Pasaribu, Sp.N(K) FINS menjelaskan, kasus AVM seperti pasien ini ditangani dengan DSA dan embolisasi endovaskular untuk mencari dan mengobati penyebab keluhannya. Kedua prosedur ini dilakukan dengan anestesi umum di laboratorium Cath (ruang kateterisasi).

“DSA dilakukan untuk melihat gambar pembuluh darah di otak dan leher. Caranya dengan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah di selangkangan dan mengarahkannya melalui kawat ke pembuluh darah di leher dan otak serta mengarahkannya dengan fluoroskopi atau rontgen untuk mendapatkan gambaran detail mengenai pembuluh di leher. dan hasil otaknya,” jelas dr Konrad dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/9/2024).

Kemudian dilakukan embolisasi endovaskular, yaitu pembedahan minimal invasif (sayatan minimal) dengan memasukkan bahan khusus yang menghalangi aliran darah ke tempat AVM sehingga menurunkan tekanan otak, mengembalikan aliran darah ke otak menjadi normal. dan mencegah pecahnya AVM,” tambahnya.

Dr Konrad kemudian menjelaskan kondisi pasien setelah prosedur berhasil. Ia mengatakan setelah tindakan, keluhan pasien membaik, dapat berbicara dan berkomunikasi dengan leluasa, tidak mengalami sakit kepala, kelemahan anggota badan, atau gangguan saraf lainnya.

“Pemeriksaan berkala tetap harus dilakukan agar AVM benar-benar sembuh dan tidak kambuh lagi,” ujarnya.

Sementara itu, dokter spesialis neurologi, konsultan neuro-intervensional di Mayapada Hospital Surabaya, Dr. Dedy Kurniawan, Sp.N (K) FINA menjelaskan penyebab cacat pembuluh darah otak. Menurutnya, penyebab pasti terjadinya AVM di otak belum diketahui, namun diyakini disebabkan oleh kelainan genetik dan dapat diturunkan dalam keluarga.

“Sebagian besar AVM muncul saat lahir dan terbentuk selama perkembangan janin, namun AVM juga dapat terbentuk di kemudian hari. Selain sering muncul di otak, AVM juga sering muncul di tulang belakang,” ujarnya.

Dr Dedi menyoroti gejala AVM. AVM di otak bisa terbentuk tanpa menimbulkan gejala apa pun hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan darah ke otak, ujarnya.

Namun, beberapa orang mungkin mengalami beberapa gejala, seperti sakit kepala pada salah satu sisi/area kepala, kejang, kelemahan pada salah satu sisi anggota tubuh, dan gangguan neurologis lain terkait pembesaran AVM dan tekanan pada jaringan otak. Gangguan sirkulasi pada pembuluh darah di sekitar AVM,” jelasnya.

Pendarahan di otak akibat pecahnya AVM merupakan kondisi yang mengancam jiwa dan dapat terjadi secara tiba-tiba. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah dengan melakukan skrining sejak dini.

“Skrining dini penting dilakukan, terutama bagi siapa pun yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit serebrovaskular. Semakin dini AVM terdeteksi, maka pengobatannya akan semakin optimal,” saran dr Dedi.

Selain itu, skrining dini dan pengobatan AVM seperti kasus di atas dapat dilakukan di layanan Tahir Neuroscience Center di seluruh departemen Mayapada Hospital. Tahir Neuroscience Center adalah layanan komprehensif untuk pengobatan penyakit saraf, otak, dan tulang belakang, mulai dari deteksi dini, diagnosis, intervensi saraf dan bedah saraf hingga rehabilitasi saraf.

Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital juga berpengalaman dalam menangani kasus-kasus kompleks lainnya dengan prosedur canggih seperti bedah minimal invasif untuk tumor kepala dan sumsum tulang belakang, trigeminal neuralgia, penyakit Parkinson dan stimulasi otak dalam untuk operasi tumor tulang belakang. (akd/ega)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *