Jakarta –
Read More : Favipiravir Obat Apa? Ini Aturan Pakai, Dosis, dan Efek Sampingnya
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saxono Harbuwono mengimbau industri pangan mengurangi penggunaan lemak jenuh dalam makanan. Sebab, menurutnya lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol berbahaya dalam darah, yaitu low-density lipoprotein (LDL).
Ia juga mencatat, data mengenai lemak jenuh pada makanan Indonesia masih langka. Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berencana menerapkan regulasi yang dapat menurunkan jumlah lemak jenuh pada industri makanan dan makanan ringan Indonesia, sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Peraturan ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia, khususnya penyakit kardiovaskular.
“Indonesia sendiri perlu mengakui bahwa masih minimnya informasi mengenai lemak trans pada makanan. Kami berupaya melakukan verifikasi dan penerapan regulasi agar lemak trans pada produk pangan di Indonesia dapat dikurangi,” ujarnya dalam pertemuan di Jakarta Selatan. Senin. (06/05/2024).
“Dengan cara ini kita akan mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung, dengan dibuatnya undang-undang ini masyarakat akan hidup sejahtera,” imbuhnya.
Namun Dante tidak merinci kapan undang-undang tersebut akan diterapkan.
Selain itu, selain menerapkan undang-undang tersebut, pihaknya juga akan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pola makan atau konsumsi lemak sehat.
Sebelumnya, WHO Indonesia melakukan survei di Jakarta dan Bogor pada tahun 2023 untuk mengetahui jenis makanan apa saja yang mengandung lemak trans dan kadarnya. Penelitian tersebut menggunakan 130 sampel dari empat kategori makanan yang diuji di laboratorium.
Kategori pertama adalah lemak dan minyak (minyak goreng, minyak salad, mentega, mentega, dan ghee), kategori kedua adalah margarin dan selai seperti selai kacang, kategori ketiga adalah makanan kemasan seperti biskuit, kue, wafel, pie, roti. . , dan kelompok terakhir berasal dari makanan siap saji seperti gorengan hingga roti.
Studi ini menemukan bahwa 11 dari 130 sampel atau sekitar 8,46 persen mengandung lebih dari dua persen total lemak, melebihi pedoman WHO.
Oleh karena itu, WHO merekomendasikan dua strategi yang baik untuk menghilangkan asam lemak trans (TFA): Mengurangi lemak trans menjadi 2 dari total lemak semua makanan (2 gram / 100 gram total lemak) Melarang produksi, impor, penjualan dan penggunaan. minyak terhidrogenasi (PHO) di semua produk makanan.
Hingga saat ini, 53 Negara Anggota WHO di seluruh dunia telah mengadopsi kebijakan praktik terbaik untuk menghilangkan lemak jenuh. Tonton video “Faktor Risiko Penyakit Jantung yang Dapat Dimodifikasi dan Kronis” (suc/naf)