Jakarta –
Read More : Kesan Pemudik Ikut Mudik Gratis TelkomGroup: Nyaman, Senang!
Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, dilaporkan ditahan oleh polisi Prancis. Durov turun dari jet pribadi di bandara Le Bourget dekat Paris ketika dia ditahan, menurut stasiun televisi Prancis TF1. Negara asal Durov, Rusia, juga ikut serta dalam aksi tersebut.
Menurut TFI1, Durov ditahan di Prancis berdasarkan penyelidikan awal polisi. Menurut laporan, Durov ditahan segera setelah pesawatnya mendarat dari Azerbaijan.
Pihak berwenang Perancis menuduh bahwa kurangnya moderasi konten Telegram dan keengganan untuk bekerja sama dengan otoritas penegak hukum berarti bahwa Durov terlibat dalam perdagangan narkoba, pencucian uang dan distribusi pornografi anak yang diduga terjadi di aplikasi tersebut.
Kedutaan Besar Rusia di Prancis segera mengambil langkah untuk memperjelas situasi yang dihadapi Durov. Vladislav Davankov, perwakilan Partai Rakyat Rusia Baru, mendesak pemerintah Rusia untuk mengupayakan pembebasan Durov.
“Kedutaan Besar Rusia di Paris segera mulai menangani kasus ini, karena diplomat Rusia mempunyai tugas untuk menanggapi kasus-kasus yang melibatkan penahanan warga negara Rusia di luar negeri,” kata Zakharova, menurut kantor berita Xinhua detikINET.
Telegram sangat populer di Rusia, Ukraina, dan bekas Uni Soviet. Kini aplikasi ini juga populer di beberapa negara sebagai pesaing WhatsApp. Telegram bertujuan untuk menjangkau 1 miliar pengguna aktif tahun depan.
Aplikasi ini secara efektif dilarang di Rusia pada tahun 2018 karena penolakan Durov sebelumnya untuk menyerahkan data pengguna. Namun larangan tersebut dicabut pada tahun 2021.
Durov, yang lahir di Rusia 39 tahun lalu, dikabarkan memiliki kewarganegaraan Prancis dan juga rutin tinggal di Dubai, Uni Emirat Arab. Ia mendirikan Telegram pada tahun 2013 bersama saudaranya Nikolai.
Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak memenuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosialnya yang lain, VK, yang kemudian ia jual.
Setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada tahun 2022, Telegram menjadi sumber utama konten tanpa filter, terkadang vulgar, dan menyesatkan dari kedua pihak yang berkonflik. Tonton video “Pavel Durov, pendiri Telegram, ditangkap polisi Prancis” (fyk/vmp)