Jakarta –
Senyawa kimia bisphenol A (BPA) telah menjadi topik perhatian global karena dampaknya terhadap kesehatan anak. Kandungan BPA sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, karena BPA sering ditemukan pada kemasan plastik makanan dan minuman.
BPA juga sering digunakan sebagai bahan kemasan galon air minum yang dapat digunakan kembali. Jika galon tersebut terkena panas atau digunakan kembali, BPA dapat larut ke dalam air yang kita minum setiap hari, sehingga berpotensi meningkatkan risiko kesehatan, terutama bagi anak-anak.
Paparan BPA pada anak mempunyai beberapa akibat yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, seperti obesitas dan kondisi mental anak. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan berikut ini:
BPA dan obesitas pada masa kanak-kanak
Seperti yang Anda ketahui, obesitas merupakan suatu kondisi penumpukan lemak yang berlebihan. Hal ini disebabkan konsumsi energi tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan pada tahun 2024 di American Society for Microbiology menemukan hubungan antara paparan BPA dan peningkatan risiko obesitas pada masa kanak-kanak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang terpapar BPA memiliki komposisi mikrobiota usus yang berbeda dibandingkan anak dengan berat badan normal. Mikrobiota usus berperan penting dalam metabolisme dan kesehatan secara keseluruhan, dan perubahan mikrobiota yang disebabkan oleh BPA dapat meningkatkan risiko obesitas.
Penelitian sebelumnya dari New York University School of Medicine juga menemukan hubungan antara tingginya kadar bisphenol A dalam urin anak-anak dan peningkatan risiko obesitas. Penelitian ini melibatkan 2.838 peserta berusia 6–19 tahun yang mewakili populasi Amerika Serikat (AS).
BPA dan risiko autisme
Tak hanya obesitas, paparan BPA juga dikaitkan dengan risiko autisme. Sebuah studi tahun 2024 dari University of Melbourne menemukan bahwa paparan bisphenol A selama kehamilan dapat meningkatkan risiko autisme pada anak laki-laki.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature Communications oleh ilmuwan Flory Dr Wah Chin Boon dan Profesor Anne-Louise Ponsonby mendukung hipotesis kemungkinan adanya hubungan antara autisme dan paparan bahan kimia plastik di dalam rahim. Sebagai pengganggu endokrin, BPA diketahui mengganggu perkembangan normal otak selama periode kritis perkembangan prenatal, yang pada akhirnya meningkatkan risiko gangguan perkembangan saraf seperti autisme.
Efek BPA pada autisme tidak terjadi secara langsung, namun berpotensi berbahaya. Tidak hanya risiko paparan di dalam rahim saja, jika ibu terlalu banyak mengonsumsi makanan/minuman mengandung BPA saat menyusui, bayi juga bisa terpapar senyawa tersebut.
Berikut beberapa dampak BPA terhadap kesehatan fisik dan mental anak yang perlu mendapat perhatian serius. Dengan banyaknya bukti ilmiah yang mengaitkan BPA dengan kesehatan anak, para orang tua perlu lebih berhati-hati dan berhati-hati dalam memilih produk yang dikonsumsi sehari-hari. Penting juga untuk mengurangi penggunaan produk plastik yang mengandung BPA dan memilih alternatif yang lebih aman untuk melindungi kesehatan anak dalam jangka panjang. (acd/acd)