Jakarta –

Read More : Fitur Jajak Pendapat WhatsApp Bakal Bisa Tambahkan Gambar

Sebanyak 150 sapi yang diimpor dari Northern Territory (NT) Australia mati secara misterius pada bulan lalu. Sebanyak 100 ekor sapi dilaporkan mati dalam perjalanan ke Indonesia, sementara 50 ekor lainnya mati di depot ekspor di Darwin.

Telah dilakukan penyelidikan dan diduga penyebabnya adalah penyakit parasit bernama disentri. Ada laporan awal bahwa sapi itu mungkin mati karena alkoholisme.

Namun, Kepala Dokter Hewan NT Dr Rob Williams menjelaskan bahwa meskipun kemungkinan botulisme tidak dapat dikesampingkan, Namun terdapat bukti bahwa koksidiosis merupakan penyebab kematian pada sapi.

Bukti yang kami temukan sangat mendukung diagnosis disentri, ujarnya, seperti dikutip ABC News, Senin (22/4/2024).

“Ini jelas bukan penyakit menular. Tapi ia hidup bersama ternak. Dan biasanya semuanya baik-baik saja,” tambahnya.

Pemerintah NT sedang menyelidiki kematian ternak di depo ekspor. Sementara itu, Departemen Pertanian Federal (DAFF) sedang menyelidiki kematian di kereta Brahman Express tujuan Lampung dan Medan. Juru bicara DAFF mengatakan disentri telah diidentifikasi sebagai penyebab kematian pada sapi Namun diagnosis pastinya belum dapat dikonfirmasi.

Harap dicatat bahwa semua sapi berasal dari Australia Tengah dan diangkut dari Australia Utara ke Darwin. Koksidiosis bertahan selama beberapa minggu sebelum muncul.

Menurut situs Meat and Livestock Australia, coccidia merupakan parasit protozoa yang hidup di dinding usus kecil dan besar hewan. dan berpotensi menimbulkan penyakit pada kondisi tertentu. Koksidiosis biasanya terjadi pada hewan muda yang belum mempunyai kekebalan. Tapi itu juga bisa terjadi pada hewan tua yang mengalami stres.

Williams mengatakan koksidiosis terdapat di usus sebagian besar ternak. dan biasanya tidak menimbulkan penyakit apa pun Khususnya pada sapi dewasa Ia menambahkan, gudang ekspor di dekat Darwin untuk ekspor ternak ke Indonesia telah dihentikan sementara selama proses penyelidikan. Depot mengklaim bahwa prosedur yang benar telah diikuti.

“Saya pikir ini hanyalah kejadian yang disayangkan. Sebab sapi berasal dari daerah kering menuju daerah basah. Dan lingkungan berkontribusi terhadap kasus yang tidak biasa ini,” katanya.

Sebagai informasi, pada akhir Maret lalu, tercatat 151 ekor sapi impor dari Australia mati akibat wabah saat bepergian ke Indonesia. Dari laporan yang diterima dari Departemen Pertanian Australia. Badan Karantina Indonesia (Barantin) menyebut sapi tersebut mati akibat terkena wabah, namun dari ratusan hewan tersebut. Sisa-sisa hanya delapan hewan yang ditemukan di kapal (Il/Ara).

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *