Jakarta –
Banyak masyarakat kelas menengah Indonesia yang disebut-sebut telah meninggalkan kasta dan menjadi kandidat kelas menengah karena kehabisan uang setelah menghabiskan tabungannya. Namun jika permasalahan ini terus berlanjut, perekonomian Indonesia diyakini akan menghadapi krisis.
Direktur Eksekutif Institute of Economic Development and Finance (INDEF) Tawheed Ahmed menjelaskan, penurunan jumlah masyarakat kelas menengah dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut tingkat konsumsi kelompok tersebut.
Menurut dia, hal ini akan berdampak pada menurunnya kasta warga yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Akibatnya, jumlah penduduk miskin di Indonesia semakin bertambah sehingga pemerataan kesejahteraan sosial semakin sulit dilakukan.
“Tentunya kalau konsumsi kelas menengah menurun, otomatis upaya pemerataan kesejahteraan masyarakat semakin sulit. Kondisi kelas bawah semakin menumpuk. Jadi kesenjangannya semakin dalam,” kata Towheed saat dihubungi detikcom. Dushanbe (8.12.2024).
Selain itu, menurunnya konsumsi masyarakat kelas menengah juga diperkirakan akan menurunkan pertumbuhan perekonomian nasional secara keseluruhan. Sebab salah satu faktor kemajuan perekonomian Indonesia adalah tingkat konsumsi masyarakat.
Kedua, pemerintah akan semakin sulit mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenapa? Kalau mereka (kelas) turun, konsumsinya turun. Karena konsumsi kelas menengah rendah, maka dorongan pertumbuhan ekonomi otomatis bersumber dari konsumsi pemerintah,- jelasnya.
Di sisi lain, Bhima Yudhisthira, Direktur Eksekutif Center for Economic and Legal Studies (CELIOS), mengatakan penurunan jumlah kelas menengah dapat berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Sebab hingga saat ini salah satu penopang pembangunan ekonomi negara adalah konsumsi masyarakat kelas menengah.
“Dalam skenario moderat, pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin di bawah 5%. (Jika ini terjadi) dalam jangka panjang, Indonesia bisa saja terjebak dalam middle-income trap. Sulit menjadi negara maju karena banyaknya negara berpendapatan menengah. kelasnya terus menurun. menjadi masyarakat miskin baru,” kata Bhima.
Tentu saja, jika kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berada di bawah 5%, maka impian Indonesia Emas 2045 (menjadi negara maju) akan terancam. Pasalnya, banyaknya penduduk yang turun kelas dapat menyebabkan penurunan PDB per kapita, jauh dari angka pendapatan negara-negara maju.
“Impian Indonesia Emas 2045 terancam tidak terwujud. Karena kita sudah tua (pensiun atau tidak produktif lagi) baru bisa kaya. Biar kelas menengah kaya, kelas menengah jadi miskin,” jelasnya. .
Selain itu, Bhima mengatakan skenario terburuk jika masalah ini tidak diselesaikan adalah Indonesia bisa mengalami krisis ekonomi. Sebab salah satu gejala perekonomiannya adalah menurunnya daya beli akibat menurunnya jumlah masyarakat kelas menengah.
Mengingat sepertiga total konsumsi nasional Indonesia bergantung pada masyarakat kelas menengah. Jika daya beli kelompok ini menurun, tentu konsumsi masyarakat Indonesia secara umum bisa semakin menurun.
“Skenario terburuknya, Indonesia bisa saja menghadapi krisis ekonomi. Sebab tanda-tanda krisis ekonomi diawali dengan menurunnya daya beli masyarakat kelas menengah. Karena sepertiga konsumsi nasional bergantung pada kelas menengah,” jelasnya. (fdl/fdl)