Jakarta-
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan penghentian sementara Program Pelatihan Dokter Spesialis Anestesi (PPDS) di Universitas Diponegoro dilakukan untuk menghindari intimidasi dari oknum tertentu. Pasalnya, buku harian yang ditemukan di lokasi kejadian kematian akibat bunuh diri seorang warga memperkuat kemungkinan tanda-tanda buruk.
Budi mengaku tak ingin banyak anak di bawah umur yang terpaksa “diam” saat diperiksa tim Irjen.
“Ini kita lakukan sementara karena begitu kita mau penertiban semua siswa junior di sana, mereka diancam. Mereka tidak bisa bicara. Saya kira itu tidak baik karena mereka masih berkomunikasi di sana. Makanya kita hentikan sementara. ,” jelasnya, Kamis (15/8/2024) Menkes kepada wartawan.
Hal ini akan memastikan bahwa penyelidikan dilakukan dengan cepat, bersih dan transparan, tanpa ancaman saat ini, katanya.
Mereka ingin menutupi sebagian besar kasus terkait program pelatihan dokter spesialis masa depan. Sekitar 80 tahun setelah kemerdekaan, permasalahan ini perlu ditangani secara mendalam.
Penutupan sementara PPDS yang terdampak tidak dimaksudkan untuk memperlambat proses pengajaran atau pengajaran. Namun, Budi tidak ingin kejadian seperti itu terulang kembali dan membuat lingkungan akademik semakin tidak sehat.
“Kami tidak bermaksud untuk menutup PPDS selama-lamanya. Tidak. Kami ingin menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap orang dapat berbicara tanpa takut akan intimidasi atau intimidasi dari orang yang lebih tua ketika kami memanggil mereka, sehingga kami dapat mengambil tindakan yang tepat lalu Insya Allah dibuka kembali,” lanjutnya.
Menkes menggarisbawahi, ancaman kematian tidak hanya menjadi perhatian warga Undip, banyak pihak yang berusaha menyembunyikan kasus tersebut.
“Memang korban hari ini biasanya tidak hanya disembunyikan, tapi baru pertama kali terbuka. Dan masalah ini akan kita selesaikan secepatnya,” tutupnya. Simak Video “Pemuda PPDS Ancam Tak Bicara Kasus Bunuh Diri, Ungkap Menkes” (Noff/Up)