Jakarta –
Daya beli masyarakat kelas menengah menurun. Hal ini terlihat pada aktivitas jual beli, baik di pasar maupun penjualan yang cenderung sepi.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan, selain penggunaan perumahan di Badan Pusat Statistik (BPS) pihaknya memantau langsung pasar tersebut. Isy mengatakan, pihaknya telah menerima keluhan dari pedagang di Pasar Dua Tanah Abang dan Pasar Mangga Dua yang tidak ada pembeli.
“Sebenarnya kita lihat angka DDB-nya, di pasar riil kita sudah lihat (penurunan daya beli). Mangga Dua.
Isy menjelaskan, pihaknya masih memonitor penurunan daya beli. Strateginya adalah dengan mengadakan promosi dan diskon di pengecer untuk sekaligus mendongkrak penjualan dalam negeri.
Selain itu, dia menegaskan para pedagang tidak perlu khawatir dengan adanya penyerangan di pusat perbelanjaan atau pasar. Pasalnya, pihaknya berniat menerbangkan barang ilegal yang dikumpulkan di gudang impor. Ia juga berharap masyarakat dan pelaku usaha dapat lancar melakukan aktivitas jual beli.
“Kami berharap para pengusaha tidak khawatir dengan apa yang disebut serbuan. Barang impor ilegal tidak dibuat di pusat niaga, pasar, tapi di gudang impor. kegiatan usaha,” katanya.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan penurunan daya beli masyarakat juga terlihat pada aktivitas pusat perbelanjaan atau pasar. Hal ini terlihat pada tren belanja masyarakat yang cenderung membeli produk dengan harga lebih murah.
“Sebenarnya perubahan cara belanjanya sudah terlihat. Karena masyarakat menengah tidak punya banyak uang, mereka membeli barang dengan harga lebih murah, yaitu harga satuan. Makanya toko, mungkin saya sebut dengan namanya. , Toko-toko seperti Miniso, KKV, DIY, Sociolla, penjualannya luar biasa karena menjual semuanya dengan harga murah, “kata e.
Dari segi informasi, penurunan daya beli masyarakat terlihat pada konsumsi rumah tangga. Berdasarkan data DDB, konsumsi rumah tangga pada triwulan II tahun 2024 sebesar 5,05%. Namun konsumsi rumah tangga dalam tiga kuartal terakhir hanya berada di bawah 5%.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II tahun 2024 hanya meningkat sebesar 4,93% secara tahunan (year-on-year/year). Meski masih menjadi penggerak utama perekonomian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga berada di bawah 5% dalam tiga kuartal terakhir.
Berdasarkan perhitungan DDB, konsumsi rumah tangga terus tumbuh positif sebesar 4,93%, nilai konsumsinya lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, namun ada beberapa produk yang tumbuh tidak setinggi pertumbuhan tahun lalu, kata Wakil Ketua Neraca BPS dan statistik. Moh Edy Mahmud menggelar jumpa pers, Senin (5/8/2024).