Jakarta –
Penjual mainan di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, bisa menerima sepinya pelanggan sejak pandemi Covid-19 selama ini. Faktanya, sangat sedikit pedagang yang harus gulung tikar.
Salah satu pedagang mainan di Pasar Gembrong Baru, Rifka, mengatakan sepinya pelanggan bermula saat beberapa pedang di Pasar Gembrong direlokasi ke lokasi baru tak jauh karena adanya perbaikan jalan raya.
Sebab saat dia pindah, Covid-19 melanda Indonesia dan banyak tempat umum termasuk pasar yang tutup. Keadaan ini menyebabkan hilangnya banyak pelanggan hingga pedagang yang baru pindah ke lokasi baru.
“Sudah lama sepi, pedagang di sini baru setahun baik-baik saja seperti wabah. Saat itu masyarakat dilarang keluar,” ujarnya saat ditemui detikcom di lokasi, siang Maret lalu. 9). ). /7/2024).
Menurut Rifka, denyut (kemajuan dan penyakit) yang terus-menerus ini membuat banyak pedagang tidak mampu bertahan dan bangkrut. Keadaan ini terlihat pada banyaknya toko-toko yang tutup di pasar, terutama toko-toko di pedesaan.
“Dulu, sebelum pemukiman kembali, pedagangnya banyak, karena mereka masih punya modal dan barang dari pasar pertama (walaupun belum pindah). mereka tidak cukup kuat,” katanya.
“Toko di belakang kebanyakan tutup, tidak buka, tidak ada yang menyewa, dan sebaliknya (sambil menunjuk toko yang tutup), hanya berpindah tangan. , karena yang lama kurang kuat makanya jarang dilepas,” jelas Rifka.
Dia bahkan berpikir untuk pindah tempat. Namun posisi ini dibatalkan karena tidak ada jaminan bahwa kami akan mendapatkan hasil yang lebih baik jika kami pindah.
“Kalau bisa pindah, kami akan melakukannya, saya rasa banyak toko lain yang merasakan hal yang sama, saya tidak tahu apa yang akan kami lakukan jika kami pindah. Apa yang bisa saya lakukan? Apa yang bisa saya lakukan? Dulu saya hanya berjualan mainan seperti dulu), sekarang kalau kita bisa bertahan, lakukanlah,” ujarnya.
Hal serupa juga diungkapkan penjual alat tulis dan barang bermanfaat lainnya yang dijual di Pasar Gembrong Baru. Ia mengatakan, sebagian besar toko, terutama di belakang pasar, kosong dan tidak ada penjualan.
Saat ini masih banyak toko lain yang belum buka karena pemiliknya belum datang atau belum berjualan. Beberapa toko lainnya juga digunakan sebagai gudang, namun berfungsi sebagai tempat penyimpanan.
“Ada (toko yang tutup) tidak menjual apa-apa, dan ada juga yang belum buka, tapi ya, kondisi pasar seperti ini sangat tenang,” kata laporan seorang pengusaha yang enggan membeberkan pendapatnya. nama
Sementara itu, bagi para pedagang lama Pasar Gembrong yang tidak terdampak relokasi, banyak di antara mereka yang mengalami kekurangan pelanggan akibat wabah tersebut. Namun keadaan mereka tidak seburuk para pedagang di Pasar Gembrong Baru.
Karena sebagian besar produknya berupa mainan yang berukuran relatif besar, maka produk tersebut dapat dijual secara online untuk menutupi pengeluaran sehari-hari. Sementara itu, para pedagang di pasar baru biasanya menjual mainan-mainan kecil untuk dibeli kembali oleh para pedagang keliling yang biasa nongkrong di depan sekolah.
“Begitu pula di sini saat wabah juga sepi, dulu kalau biasa jualan lewat Satpol PP perintahkan Toko tutup, tapi kalau di Internet lumayan bagus, untuk bayar. belanja yang tenang. ,” kata seorang pedagang di Pasar Gembrong Lama, Tria.
Meski situasi sudah mulai membaik, namun para pembuat mainan di Gembrong Baru atau Pasar Lama belum pulih sepenuhnya. Keadaan ini terlihat dari pendapatan sehari-hari mereka yang terus meningkat, terutama dibandingkan sebelum adanya penyakit.
Dimana bagi Rifka, ia bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 1 juta per hari. Saat ini hanya Rp 200-300.000 saat normal, dan hanya Rp 100 ribu saat pasar sepi. Saat ini, Tria bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp3 juta per hari sebelum wabah terjadi. Namun kini hanya Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta jika pembelinya banyak. (fdl/fdl)