Jakarta –
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendeteksi adanya cemaran bahan farmasi atau API di Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu Citarum, Jawa Barat.
Peneliti Kelompok Penelitian Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Penelitian Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Rosetyati Retno Utami mengatakan, penelitian tersebut dilakukan dengan beberapa perhitungan. Mulai dari konsentrasi bahan aktif obat yang diminum, frekuensi penggunaan obat, jumlah obat yang dikonsumsi, dan lamanya responden sakit dalam setahun.
“Kemudian kita perkirakan berapa rata-rata pemakaiannya dengan cara mengekstrak jumlah penduduk perairan tersebut. Dari hasil bahan kimia aktif terlihat parasetamol dan amoksisilin merupakan API yang paling banyak digunakan di Citarum Unggul. Cekungan Hidrografi”, jelas Rosetyati dalam informasi di situs resmi BRIN, Senin (8/7/2024).
Penggunaan antibiotik di Waduk Citarum Hulu relatif tinggi, dengan penggunaan tertinggi parasetamol sebesar 460 ton per tahun dan amoksisilin sebesar 335 ton per tahun.
Rosetyati menjelaskan, sumber kontaminasi bahan aktif obat yang masuk ke dalam sari Citarum bisa diketahui dari banyak hal.
Mulai dari kegiatan peternakan yang diyakini banyak menggunakan obat dan hormon untuk meningkatkan produktivitas hewan, penggunaan obat rumah tangga dan industri serta sistem pengelolaan limbah obat rumah sakit yang mungkin bocor, membuat obat-obatan sempat masuk ke ekosistem perairan.
Menurut dia, pengelolaan yang dilakukan masyarakat terhadap penggunaan aktif bahan obat dinilai kurang tepat sehingga menimbulkan risiko pencemaran ekosistem air.
Selain itu, penggunaan API dengan konsentrasi tinggi, terutama parasetamol dan amoksisilin, dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap air, terutama air Citarum, jika dibuang dengan hati-hati. Tonton video “Peringatan Organisasi Kesehatan Dunia terhadap Distribusi Obat Diabetes Palsu” (sao/kna)