Jakarta –
Read More : Pengusaha Ungkap 3 Alasan PPN 12% Perlu Ditunda
Analisis forensik yang dilakukan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap adanya upaya menonaktifkan fitur keamanan Windows Defender di pusat data sementara nasional (PDNS) 2. Bagaimana caranya apakah pusat data penting menggunakan perangkat lunak Windows bawaan? ?
Para pembicara pada konferensi pers pembaruan PDNS 2 Ransomware Attack saling berpandangan ketika ditanya pertanyaan ini. Terakhir, Herlan Wijanarko, Direktur Jaringan dan Solusi IT PT Telkom Indonesia menjawab.
Namun jawaban Herlan belum jelas. Ia hanya menegaskan pihaknya saat ini terus melakukan audit forensik.
“Jujur banyak aspek yang masih kita lalui. Faktanya, mana yang pantas dan mana yang tidak. Jadi mohon maaf saya tidak bisa mengatakan mana yang pantas dan mana yang tidak,” ujarnya dalam konferensi tersebut. kantor Kominfo.
“Tapi secara keseluruhan akan menjadi bagian dari audit forensik. Dari sisi manajemen, alat-alat yang perlu diterapkan dan sebagainya,” lanjutnya.
Herlan memastikan seluruh sistem keamanan PDNS 2 menerapkan firewall, proteksi DDoS dan lain sebagainya.
DetikINET bertanya tentang penggunaan Windows vs. Linux di server PDNS 2 Banyak orang menganggap Linux lebih aman terhadap serangan malware dibandingkan sistem operasi Microsoft.
“Itu yang sedang didalami. Kita lihat nanti, saya kira itu bagian (penyelidikan),” kata Direktur IKP Kominfo Usman Kansong dalam kesempatan yang sama.
Sebelumnya diberitakan, Pengawas Keamanan Siber Vaccinecom Alfons Tanujaya mempertanyakan penggunaan Windows Defender di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) pada 2
Menurutnya, kinerja Windows Defender terbatas dan mendasar. Untuk menggunakan kelas PDN sebaiknya digunakan proteksi tambahan yang lebih canggih.
“Karena performa Windows Defender basic, dan sekelas PDN tidak bisa menggunakan antivirus selain Windows Defender, serta tidak ada proteksi tambahan seperti firewall atau Cisco Pix,” kata Alfons.
Namun, jika Anda menggunakan perlindungan tambahan seperti firewall, Anda akan dapat melacak pergerakan ransomware.
“Jika berasal dari sana, kami dapat melacak upaya pelacakan dan masukannya. Kita semua tahu bahwa setiap kali ransomware menyerang, ia menyembunyikan dirinya dengan mengubah kompilasi atau pengkodean, dan antivirus apa pun, termasuk Windows Defender, akan kesulitan mengidentifikasinya.” tambahnya saat dihubungi detikINET.
Meski demikian, Alfons tidak kesulitan menggunakan sistem operasi Windows untuk data center asalkan pengaturan keamanannya diperkuat.
“Bagi orang awam, default settingnya adalah Mac dan Linux yang relatif lebih aman. Tapi administrator harus tahu cara memperkuat (membentengi) sistem operasinya,” jelas Alfons.
Saksikan video “Buka Blokir X, Kominfo Siapkan Strategi Atasi Pornografi dan Judo” (afr/afr)