Tokyo –
Melemahnya yen membuat Jepang menjadi hot spot. Jepang bingung, ada diskusi akan ada tarif khusus untuk wisatawan.
Menurut laporan dari Bangkok Post pada Kamis (20/6), keluhan mengenai kepadatan yang berlebihan dan perilaku buruk wisatawan telah banyak terdengar di Jepang. Beberapa daerah di Jepang mempunyai kebijakan penetapan harga sendiri.
Mereka mencari cara untuk mengelola operasionalnya tanpa kehilangan uang, salah satunya dengan membayar harga tinggi kepada wisatawan.
Walikota kota Himeji di bagian barat mengatakan dia ingin mulai mengenakan tarif kepada wisatawan asing enam kali lebih mahal dibandingkan penduduk lokal. Rencananya, uang tersebut akan digunakan untuk Kastil Himeji, objek wisata berusia 400 tahun yang menjadi simbol kota tersebut.
Wisatawan asing harus membayar sekitar USD 30 atau Rp 493.000 untuk mengunjungi Kastil Himeji yang terdaftar sebagai Warisan Dunia, sedangkan penduduk lokal hanya membayar USD 5.
Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura menyatakan dukungannya terhadap gagasan tersebut dan mengatakan dia ingin melakukan hal yang sama di Istana Osaka.
Praktik penetapan harga yang berbeda (differential pricing) bagi wisatawan telah dilakukan di beberapa negara berpendapatan rendah di Asia. Misalnya Taj Mahal, wisatawan harus membayar 20 kali lipat dibandingkan penduduk India.
Selain kebijakan harga, beberapa wilayah di Jepang telah menerapkan kebijakan lain seperti Kyoto. Kota ini telah melarang wisatawan memasuki distrik gay di Gion. Sementara itu, Kota Fujikawaguchiko menutup tirai untuk mencegah wisatawan berkumpul di depan pasar kecil untuk memotret Gunung Fuji yang terkenal.
Tonton video “Pekerja Costco di Jepang mendapat bayaran paling tinggi, berapa?” (bulan/bulan)