Kontich –
Read More : Ngadi-ngadi, Sewakan Tenda Dalam 1 Apartemen
Kontiich, sebuah kota di Belgia, melihat Festival Street 2025, yang berhasil menangkap penduduk setempat dan masyarakat di sana.
Budaya Indonesia yang spektakuler dan penuh warna disajikan oleh representasi berjudul Five Festival 2025. Festival ini tidak hanya tempat untuk mempromosikan budaya Indonesia, serta jembatan persahabatan antara dua negara.
Edisi kedua dari Festival Jalan Indonesia telah berhasil mengejutkan ribuan pengunjung. Acara ini membawa makanan ringan dan spesialisasi langsung dari Indonesia langsung ke jantung Eropa.
Pada akhir pekan, hanya pada hari Sabtu, 17 dan Minggu, 18 Mei 2025, adegan utama Festival Jalan Indonesia penuh dengan serangkaian seni budaya yang menakjubkan.
Dimulai dengan Angklung Sriwijaya’s Angklung Srijaya Harmones, yang memiliki gema yang indah, ia melanjutkan pertunjukan oleh Dwi Mekar Belgia yang mengejutkan penonton dengan tarian tradisional Jakarta dan Bali, disertai dengan laju gamelan langsung dari Nusantara Mudrasvara.
Tidak lupa, demonstrasi seni bela diri tradisional oleh Pencaak Suke Linkerover dan prestise badai Amsterdam ditambahkan ke kekaguman publik di Belgia.
Pertunjukan musik di festival ini tidak kalah hidup. Pertunjukan energi Bjamz, Magic Circle, Dhini Remin Piras (pelari The Voice Indonesia 2018), Saksophone Nana Willems dan Joni Sheila (pendiri persuasi Asia) mampu menciptakan suasana sukacita yang lengkap bagi publik.
Salah satu momen yang paling menarik adalah penampilan istimewa seniman Belgia, Tinne Oltmans, yang datang ke festival jalanan, bersama dengan neneknya dengan darah Indonesia. Penampilan itu adalah tawaran yang mencapai jantung warisan budaya Indonesia.
Festival ini juga merupakan demonstrasi untuk bakat Indonesia, yang disebut Anindya Asmarani Sindhuwinha, yang baru berusia 17 tahun.
Pengembangan dengan kecintaan yang mendalam pada literatur kepulauan yang terinspirasi oleh bibi, pemilik dan perancang di balik label Lurik Prasojo, menyajikan koleksi musim panas yang menggabungkan alasan tradisional dengan catatan kontemporer.
Nama -nama lima kaki yang merupakan inti dari festival ini memiliki dua konsep. Secara harfiah itu berarti lima meter. Vendor jalan biasanya menggunakan dua troli (penjual itu sendiri), dua roda dan balok penyangga. Jadi, selama penjualan, pedagang memiliki lima “kaki”.
“Secara historis, pedagang kaki lima juga dirujuk pada trotoar fiva-phoot (sekitar 1,5 meter) trotoar yang dibangun oleh VOC (Dutch East Indies Company) selama periode kolonial.
Selain musik, tarian dan mode, festival ini juga menyajikan karya Tiffany Boetik dalam bentuk proyek Bentalaproject yang menakjubkan. Sementara dua tas, toko -toko Sweet dan Yatian menyajikan berbagai kerajinan Indonesia yang unik dan artistik.
Pengunjung juga rusak dengan berbagai hidangan memasak otentik Indonesia yang merupakan karakteristik dari “penjualan jalan”. Dimulai dengan ikan kito, nasi goreng kalimantan, Bali dwi mekar, nasi goreng rumah Indonesia, di Cendol Ice Cendol San Bali. Tonton video “Video: Pelanggan Pengacara Radja Nainggolan Pede tidak terlibat dalam kasus kokain” (WSW/WSW)