Jakarta –
Read More : Perkiraan Harga Mobil Hybrid BAIC BJ30 di Indonesia
Pada Selasa (14/5), Amerika Serikat memberlakukan tarif impor tertinggi terhadap barang-barang asal Tiongkok. Dikatakan bahwa langkah-langkah ini adalah untuk melindungi pekerja dan dunia usaha Amerika.
Perubahan harga ini akan berdampak pada impor barang Tiongkok senilai $18 miliar atau setara Rp287 triliun (kurs Rp15.967), antara lain baja, alumunium, semikonduktor, baterai, mineral berharga, panel surya, dan crane.
Perubahan iklim ini terjadi sebagai respons terhadap praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan Tiongkok, seperti mendorong penggunaan teknologi, melanggar kekayaan intelektual, dan meretas bisnis Amerika.
Amerika Serikat juga menaikkan harga kendaraan listrik (EV) lebih dari 100% dan mengenakan tarif baru untuk komputer, panel surya, dan baterai lithium-ion.
Gedung Putih Lael Brainard mengatakan: “Tiongkok menggunakan pedoman yang sama seperti sebelumnya untuk mendorong pertumbuhannya dengan mengorbankan negara-negara lain dengan terus berinvestasi meskipun Tiongkok memiliki potensi besar dan pasar yang kurang terlayani. Dunia berada pada harga ekspor yang rendah karena praktik yang tidak adil.” Konsultan ekonomi. , kutipan dari RT, Jumat (17/5/2024).
Perubahan tarif ini dikonfirmasi oleh Perwakilan Dagang AS Catherine Tay, yang menuduh Tiongkok mencuri properti AS dan mengatakan dalam beberapa kasus Beijing menjadi lebih kuat dalam perdagangan online yang berfokus pada teknologi AS.
Menurut dia, harga tersebut efektif untuk mengurangi produk asal China dan meningkatkan impor dari negara lain. Menurut Biro Sensus AS, negara tersebut mengimpor barang senilai $427 miliar atau Rp6,817 miliar dari Tiongkok dan mengekspor $148 miliar atau Rp.
Pihak berwenang Amerika telah berulang kali menyebut Tiongkok sebagai pesaing utama dan pada saat yang sama telah memperketat pembatasan ekonomi terhadap negara tersebut. Harga barang asal China naik tajam pada masa pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump, saat terjadi perang dagang pada tahun 2018.
Proses serupa sedang berlangsung di bawah pemerintahan Joe Biden, yang telah menggunakan kebijakan serupa untuk menargetkan perekonomian Tiongkok. Beijing telah memperingatkan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan prinsip persaingan yang sehat dan mengancam stabilitas perdagangan global.
Menurut IMF, meningkatnya perselisihan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok mengancam perkembangan perekonomian dunia. (fdl/fdl)