Jakarta –
Di tengah sejarah kemerdekaan Indonesia terdapat tokoh-tokoh yang memberikan kontribusi yang mungkin tidak terlihat di permukaan. Salah satunya adalah Djiaw Kie Siong.
Djiaw Kie Siong, seorang petani Tiongkok yang memainkan peran penting dalam publikasi ini.
Meski namanya tak sepopuler Sukarno atau Muhammad Hatta di kalangan pemuda, namun warisan yang ditinggalkannya patut mendapat perhatian dan kenang-kenangan. Terletak di Dusun Bojong, Rengasdengklok, Karawang, rumahnya tidak hanya sekedar bangunan melainkan menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah.
Banyak langkah penting dalam perjuangan kemerdekaan terjadi di sini, termasuk pertemuan-pertemuan strategis yang dihadiri oleh para pejuang kemerdekaan terkemuka.
Rumah Djiaw Kie Siong dengan latar belakang unik dan peran penting menawarkan wawasan kerjasama antar anggota masyarakat yang berkomitmen untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Berikut lima fakta menarik Djiaw Kie Siong: 1. Dipandu oleh Sukarno dan Hatta. diculik
Rumah Djiaw Kie Siong merupakan tempat terjadinya penculikan Sukarno dan Hatta oleh para pemuda pada 16 Agustus 1945. Rumah ini merupakan tempat penting dalam sejarah kemerdekaan. Berpartisipasi dalam persiapan publikasi
Di rumah ini, sehari sebelum deklarasi harapan kemerdekaan yang akan segera diumumkan, bendera merah dan musuh dikibarkan. Terpilih. Terima kasih telah menghubungi anggota PETA
Dipilihnya rumah Djiaw sebagai tempat pengasingan Soekarno dan Hatta atas usulan Kapten Marsin menunjukkan adanya kerjasama antara masyarakat dan para pejuang kemerdekaan. Dikenal sebagai pria yang murah hati
Djiaw Kie Siong dikenal kemurahan hatinya dalam menyediakan rumahnya untuk perlindungan para elit, meski tidak terlibat langsung dalam pertempuran. Diakui dalam sejarah dengan sertifikat penghargaan
Pada tahun 1961, Djiaw Kie Siong mendapat pujian dari Letjen Ibrahim Adjie yang menyatakan bahwa kontribusinya telah diakui meskipun jarang disebutkan dalam sejarah resmi. Tonton video “Video: Coba jalan kaki, bersepeda, jalan-jalan dan belajar sejarah” (fem/fem)