Jakarta –
Lebih sedikit orang di daerah tertinggal yang mengaku pernah mencoba perjudian online. Rasa penasaran menjadi alasan utamanya. Hal tersebut terungkap dari hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan BAKTI Kominfo.
Survei dilakukan terhadap 1.950 sampel di 17 negara bagian dan 64 distrik. Periode evaluasinya adalah Juli hingga September 2024.
Dengan menggunakan metode probabilitas sampling, terlihat bahwa 82,6% responden terhubung ke Internet. Secara khusus, diperkirakan 8.114.273 dari 9.823.575 orang terhubung ke Internet. Jumlah tersebut termasuk di Kabupaten Nuncan dan Talud.
Namun dengan semakin majunya penggunaan internet, paparan terhadap hal-hal negatif seperti perjudian online tidak bisa diabaikan begitu saja. Dari responden yang ditanya, 5,5% mengaku mengetahui tentang perjudian online dan pernah mencobanya.
Alasan utamanya adalah rasa ingin tahu (45,5%), disusul hiburan (37,5%). Alasan lainnya adalah mendapatkan uang tambahan (10,2%), mengalami promosi dari situs judi online (4,5%), dan mendapatkan rekomendasi dari teman/keluarga/kerabat (2,3%).
Selanjutnya, sebanyak 48,10% responden mengaku mengetahui tentang perjudian online, namun belum pernah menggunakannya. Sisanya sebesar 46,40% menyatakan tidak pernah mengetahui tentang perjudian online dan belum pernah mencobanya.
Pada acara survei pertama, Sekretaris APJII Pusat Zulfikar Syam menjelaskan alasan mengapa perjudian online masuk dalam survei. Awalnya, karena adanya informasi dari sebuah desa, terlihat adanya perubahan perilaku masyarakat.
“Kita dengar beritanya di line, misalnya kita dengar di Aceh ada kebiasaan membaca Al-Quran di sore hari, jadi ada guru yang bilang ke saya, kenapa buka internet dan ganti orang yang membaca Al-Quran di sore hari. kami ingin tahu apakah ada yang berubah,” kata Zoll.
Berdasarkan hasil survei tersebut, Zoll berpendapat bahwa literasi dapat mempengaruhi masyarakat. Tidak bisa membaca dan menulis akan mengakibatkan mengerjakan tugas menjadi tidak produktif.
APJII pun sepakat telah merencanakan berbagai langkah untuk menekan penyebaran perjudian online. Salah satunya adalah mempererat koneksi dengan Kominfo dan Asosiasi Operator Seluler.
“Kami punya solusi yang juga bagus dan akan kami kirimkan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tidak mudah untuk mengakhiri taruhan, kamuflasenya besar. Permainannya sangat umum. Ibarat amuba, pembunuh. Pertumbuhannya satu blok sebanyak 1.000, terlihat 10,” akunya.
Selain itu, Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang peduli untuk mengakhiri perjudian online. Hal ini memperburuk masalah.
Katanya: “Di Asia Tenggara, kami dan Brunei paling banyak menghilangkan perjudian online. Sebaliknya, Asia Tenggara bagus, bermain slot, berbisnis di sana. Kami sedang menghilangkan perjudian online. Kami masih sangat muda.” Tonton video “Video: Tindakan Pemerintah Memerangi Perjudian Online” (fyk/fay)