Jakarta –
Di tengah rencana pemerintah Indonesia untuk melarang permainan bertema kekerasan, ada baiknya kita mengajukan pertanyaan yang sangat penting: Apakah pelarangan ini benar-benar merupakan solusi yang tepat untuk melindungi anak-anak kita dari dampak buruk olahraga (yang bertema kekerasan)?
Efek permainan dengan lingkungan yang penuh kekerasan: Penilaian terhadap bukti
Dampak permainan bertema kekerasan terhadap perilaku anak masih menjadi perdebatan. Banyak penelitian menunjukkan hubungan antara konten kekerasan dan meningkatnya perilaku kekerasan di kalangan remaja. Misalnya, sebuah studi tahun 2014 yang ditinjau dalam Journal of American Medical Association menemukan hubungan antara perilaku olahraga yang mengandung kekerasan dan peningkatan perilaku kekerasan dalam jangka panjang [1]. Studi lain pada tahun 2015 juga menemukan bahwa penggunaan kontrol dalam olahraga kekerasan dapat berdampak signifikan terhadap perilaku kekerasan [2].
Namun, penting untuk dicatat bahwa banyak penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif. American Psychological Association juga mengatakan bahwa hubungan antara kekerasan dalam video game dan kekerasan di dunia nyata belum terjalin dengan baik. Studi ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara bermain video game kekerasan dan kekerasan, namun tidak cukup bukti yang mendukung kekerasan di dunia nyata [3].
Selain itu, penelitian lain justru menunjukkan efek positif dari bermain video game. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Computers in Human Behavior menemukan bahwa generasi muda yang aktif dalam olahraga justru menunjukkan kepedulian yang lebih besar terhadap berbagai masalah sosial dan kemasyarakatan [4] [5].
Cari solusi yang lebih baik
Daripada melarang atau membatasi, akan lebih efektif jika kita mengubah pendekatan kita dengan berfokus pada tiga langkah berikut:
1. Membangun literasi digital dan media: Memberdayakan orang tua dan anak dengan pengetahuan dan kemampuan merencanakan dan memilih permainan.
Mencegah bermain ibarat menutup pintu, namun kecintaan bermain akan mendorong anak kita untuk mencari kunci, jalan yang asing, bahkan membuat pintu baru. Akan lebih efektif jika kita membekali guru, orang tua, dan anak dengan kecerdasan digital serta kemampuan merencanakan dan memilih permainan yang tepat untuk pesta.
Sisi positifnya, hal ini akan mendorong hadirnya perwakilan pendidikan digital dari berbagai kalangan. Yang dapat berpartisipasi aktif membantu kami menyebarkan pengetahuan dan kemampuan mengatur dan memilih game dan konten digital yang bagus.
2. Menawarkan lebih banyak pilihan: mendorong kompetisi olahraga akademis
Ini mungkin saat yang tepat bagi pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan komunitas untuk mulai mempromosikan berbagai permainan dengan konten dan nilai-nilai baik yang kami yakini. Salah satu caranya adalah dengan mendorong berbagai kompetisi olah raga melalui permainan-permainan yang memiliki muatan pendidikan, budaya dan nilai-nilai kebaikan yang ingin kita sebarkan seluas-luasnya.
Pemerintah dapat secara sistematis mendorong sekolah, kampus universitas, dan ruang publik untuk dinominasikan dalam kompetisi ini. Sehingga masyarakat dapat memahami dengan jelas bahwa ada banyak sekali permainan berbeda yang bisa digunakan. Bukan hanya soal penggunaan game yang sedang populer saat ini.
3. Membangun kemitraan antara pemerintah, industri olahraga dan masyarakat: Mendorong pengembangan olahraga dalam konten pendidikan dan budaya.
Di luar itu, persaingan merancang dan mengembangkan olahraga lokal secara berkelanjutan akan memiliki potensi yang besar. Kompetisi ini akan mendorong anak-anak untuk belajar merancang dan mengembangkan permainan mereka sendiri – mengeksplorasi berbagai subjek, budaya, dan nilai-nilai baik yang kami yakini. Hal ini akan menumbuhkan kreativitas dan mendorong anak-anak kita menjadi pencipta, bukan sekedar konsumen
Pemerintah juga harus bekerja sama dengan industri game dan negara untuk membangun lingkungan game yang sehat. Fokus tidak hanya pada nilai bisnis tetapi juga pada potensi dampaknya. Membuat peraturan yang mendukung berkembangnya pasar permainan edukatif dan berbagai permainan yang dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan positif di masyarakat.
Penutupan game mungkin terlihat sederhana, namun hasilnya hanya sementara. Mari pilih cara yang lebih baik: bangun kesadaran, tunjukkan lebih banyak pilihan, dan bangun hubungan. Melalui aksi-aksi tersebut, kita dapat melindungi anak-anak kita dari dampak negatif permainan bertema kekerasan sekaligus membuka peluang bagi mereka untuk berkreasi dan inovatif, menampilkan permainan yang berdampak dan menginspirasi perubahan positif di Indonesia.
Penulis: Eko Nugroho, Presiden Kummara dan Penasihat Yayasan Ludere Nusantara Gemilang (Ludenara.org). Penasihat pembelajaran berbasis permainan.
Referensi pro dan kontra serta dampak negatif game bertema kekerasan:
[1] Douglas A. Gentile dkk., “Mediator dan Moderator Efek Jangka Panjang Video Game Kekerasan terhadap Perilaku Kekerasan,” JAMA Pediatrics, Maret. 2014. . 2015 [3] American Psychological Association, “Keputusan dalam Video Game Kekerasan,” apa.org, Agustus. 2015 [4] pada sampel besar remaja,” Computers and Human Behavior, Maret 2011. [5] Matthew Grizzard dkk., “Kecanduan video game dapat membuat kita merasa buruk tentang perilaku,” Cyberpsychology, Behavior, on Social Networks, Juli 2014 Saksikan video “Pemerintah melarang permainan kekerasan, menteri transportasi dan informasi mengatakan ini…” (fyk/fyk)