Jakarta –
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia. Gangguan kesehatan kardiovaskular ini memiliki beberapa faktor risiko, termasuk faktor lingkungan.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Dr Ade Meidian Ambari, SpJP(K) FIHA di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, mengatakan tidak dapat disangkal bahwa gaya hidup berperan dalam ‘peningkatan risiko serangan jantung. Namun, paparan polusi dalam jangka panjang juga dikaitkan dengan risiko serangan jantung.
“Ada faktor risiko yang tidak kita ingat. Polusi. Kalau terpapar PM 2.5, risiko serangan jantung lebih besar,” kata dr. Ade di International Cardiovaskular Summit 2024 (IICS), Jakarta Selatan, Minggu (17/11/2024).
Sebuah studi yang diterbitkan dalam International Journal of Cardiology Cardiovaskular Risk and Prevention menemukan bahwa polusi udara, khususnya paparan materi partikulat 2.5 (PM2.5), telah dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.
Secara khusus, PM2.5 mendorong perkembangan faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi dan aterosklerosis, sekaligus dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular seperti infark miokard (MI), stroke, gagal jantung, dan aritmia.
Studi lain dari Universitas Harvard menemukan bahwa rata-rata paparan PM2.5 selama tiga tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko rawat inap pertama untuk semua kondisi kardiovaskular, terutama penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular, gagal jantung, dan aritmia.
Risiko Anda terkena serangan jantung juga akan jauh lebih tinggi jika Anda memiliki penyakit penyerta seperti diabetes dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
“Kalau kita punya faktor risiko, seperti darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, maka akan lebih cepat (terkena serangan jantung),” kata dr Ade.
Tonton juga video “Cara menjaga kualitas udara dalam ruangan tetap bersih”:
(kna/kna)