Jakarta –
Alarm berbunyi di rumah sakit Hongaria. Meningkatnya utang berarti layanan kesehatan harus dibatasi.
Direktur Jenderal Dana Jaminan Kesehatan Nasional (Nemzeti Egészségbiztosítasi Alapkezelő/NEAK) Jolt Kish pada akhir Maret lalu, utang rumah sakit tersebut mencapai 300 juta euro atau sekitar 5,25 triliun rupiah (kurs 17.500 rupiah).
Dalam laporan Euractiv pada Kamis (13/06/2024), pemerintah menjanjikan belanja konsolidasi sebesar 77 juta euro atau sekitar Rp 1,34 triliun untuk sektor tersebut pada bulan Juni. Ini merupakan bantuan negara gelombang pertama untuk melunasi utang, gelombang kedua akan dimulai pada bulan Juli.
Namun total dana tersebut hanya mampu menutup utang tersebut hingga 29 Februari.
Presiden Asosiasi Rumah Sakit Hongaria, György Velkei, mengatakan hampir tidak ada layanan kesehatan di Hongaria yang pendanaannya menyediakan sumber keuangan yang cukup untuk beroperasi.
“Pekerjaan rumah sakit terus menimbulkan dampak buruk, dan sayangnya, manajemen dan direktur rumah sakit hanya punya sedikit pilihan,” kata Welkey.
Velkay bahkan menuduh pemerintah Hongaria tidak mendanai layanan kesehatan pada tingkat yang dibutuhkan masyarakat dari segi kualitas dan kuantitas.
Masalah utang telah mengganggu layanan kesehatan Hongaria selama lebih dari 20 tahun, meskipun pemerintah telah berupaya untuk mengatasi utang tersebut. Langkah awal menuju reformasi pembiayaan perusahaan asuransi publik berjalan sangat lambat.
Utang akan meningkat rata-rata sebesar EUR 9,4 juta atau sekitar Rp 164 miliar per bulan pada tahun 2023 dan diperkirakan meningkat sebesar EUR 50,8 juta atau sekitar Rp 889 miliar per bulan pada tahun 2024.
Pemerintah berencana membayar utang rumah sakit dalam dua tahap. Yang pertama ditujukan terutama untuk penyelesaian dengan pemasok negara, termasuk pemasok energi, dengan mendebet pembayaran kepada pemasok peralatan medis dan pedagang grosir barang farmasi.
Pada saat yang sama, Kementerian Dalam Negeri berupaya mengekang pertumbuhan utang. Cara peminjamannya akan berubah, dan pelunasannya tidak setahun sekali, tapi beberapa kali.
Rumah sakit tidak mampu mengelola utang primer, hal ini sebagian disebabkan oleh kurangnya reformasi keuangan, depresiasi, dan kenaikan harga energi.
NEAK (badan seperti BPJS Kesehatan) mendanai tagihan layanan kesehatan berdasarkan kelompok penyakit yang homogen. Artinya setiap kegiatan medis mempunyai kode dengan nomor. Inflasi, kenaikan upah atau biaya overhead tidak termasuk dalam pendanaan NEAK.
Saksikan juga video “Luhut Sebut Rasio Utang RI Rendah, Yakin IKN Bisa Selesaikan”:
(tahun/tahun)