Jakarta –

Ketua Umum Persatuan Pengusaha Indonesia (Opindo) Shinta W. Kamdani angkat bicara soal penutupan banyak pabrik di Jawa Barat dan langkah pemutusan hubungan kerja (PHK). Kebanyakan dari mereka bekerja di industri padat karya.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemanakar), terdapat 2.650 pekerja yang terkena PHK di Jawa Barat sepanjang Januari hingga Maret 2024. Shinta mengatakan, sebagian besar perusahaan yang melakukan PHK adalah perusahaan tekstil dan garmen.

“Kebanyakan industri tekstil dan sandang. Kalau makanan atau minuman, untuk saat ini oke,” kata Shinta di kantor DPN Apindo, Jakarta Selatan (8/5/2024).

Shinta mengatakan, beberapa pemilik usaha memutuskan untuk memindahkan pabriknya ke daerah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu penyebabnya adalah penurunan Upah Minimum Provinsi (UMP).

“Di daerah lain upahnya rendah. Daerah lain rendah, makanya berangkat karena alasan itu. Banyak yang ke Jawa Tengah,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, sebagai seorang wirausaha, menghitung cost of doing business atau biaya menjalankan usaha merupakan kunci keberlanjutan usaha. Salah satu faktor utama dalam hal ini adalah biaya tenaga kerja.

“Tapi kita kaitkan dengan banyak biaya, biaya energi, dan sebagainya. Itu juga biaya logistik, semuanya harus kita hitung. Jadi biaya berbisnis itu ancaman yang harus kita pikirkan, bagaimana kita mengendalikannya?” Dia menjelaskan.

Selain itu, hal penting lainnya adalah meningkatkan produktivitas. Pada akhirnya, kata Shinta, harapan terbesar dari situasi penuh tekanan di industri padat karya ini adalah peningkatan produktivitas.

“Ini benar-benar padat karya dan input biaya variabelnya lebih banyak seperti biaya tenaga kerja. Bagi orang-orang yang berteknologi tinggi itu lebih sedikit tenaga kerja, tetapi bagi orang-orang yang berteknologi tinggi itu sangat mempengaruhi, upaya sangat mempengaruhi kinerja,” katanya.

Namun, ia mencatat banyak faktor yang mempengaruhi kelangsungan usaha di wilayah tersebut, tidak hanya upah. Faktor penting lainnya adalah ketersediaan bahan baku.

“Tergantung keadaan lain, kemungkinan perusahaan Jabar masih bisa fokus, jadi sebaiknya kita tidak langsung pindah karena biaya tenaga kerja di daerah lain lebih rendah,” tutupnya.

Selain itu, terdapat 2.650 pekerja yang di-PHK di Jawa Barat antara Januari hingga Maret 2024, menurut data Kementerian Tenaga Kerja. Jumlah pegawai pada bulan Januari sebanyak 306 orang, bulan Februari sebanyak 654 orang dan Maret 2024 sebanyak 1690 orang. Selain itu, pekerja yang terkena PHK sebanyak 8.876 orang di DKI Jakarta, 8.648 pekerja di Jawa Tengah, 941 pekerja di Banten, dan 666 pekerja di Riau. .

Terbaru, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) merumahkan 233 karyawannya. Hal ini menyusul penutupan pabrik pembuatan sepatu di Purkarta, Jawa Barat pada 30 April 2024.

“Untuk pabrik di sektor yang sama atau padat karya, mulai tahun 2023 banyak pabrik yang akan tutup atau direlokasi, termasuk satu di Karawang dan pindah ke Siriban,” kata Kepala Departemen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tanah Air. Disnaker dan Migrasi Jabar, Firman Desha di Evening CNBC Indonesia, Rabu (8/5/2024).

Situasi ini tidak lepas dari dampak pandemi Covid-19 tahun 2020, ujarnya. Akibatnya, beberapa industri mulai menerapkan efisiensi dan memperkecil operasi bisnisnya. (shc/rd)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *