Jakarta –
Daya beli masyarakat menengah ke bawah mengalami penurunan. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai tanda-tandanya sudah jelas.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan, selain memantau konsumsi rumah tangga dari Badan Pusat Statistik (BPS), mereka juga memantau pasar secara langsung. Isy mengaku kelompoknya mendapat keluhan dari pedagang di Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua yang mengaku tidak ada pembeli.
“Sebenarnya kita lihat angka BPS dan di pasar riil sudah kita lihat (penurunan daya beli). Setiap kita survei ke pasar, bukan ritel ya tradisional, tapi lebih ke pasar, Misalnya Tanah Abang dan Mangga DuaSebenarnya keluhan pedagang sudah berkurang jadi ini pertandanya, kata Isy saat ditemui di Jalan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, Kamis (8 Agustus 2017).
Partai masih memantau sejauh mana penurunan daya beli, jelas Isy. Strategi yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan pameran dan diskon ritel yang sekaligus dapat menggairahkan penjualan ritel dalam negeri.
Selain itu, dia menegaskan, para pedagang tidak perlu khawatir dengan adanya penggerebekan di pusat perbelanjaan atau pasar. Alasannya, pihak ini bertujuan untuk melakukan penyisiran barang selundupan yang terkumpul di gudang importir. Ia pun berharap masyarakat dan pedagang bisa tenang melakukan aktivitas berdagang.
“Mudah-mudahan para pedagang tidak perlu khawatir jika razia tersebut tidak dilakukan. Barang selundupan tidak dilakukan di pusat niaga atau pusat pasar, melainkan dilakukan di gudang importir. bisa terus berbelanja dengan tenang bersama para pedagang juga bisa terus melakukan aktivitas berdagang,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, menurunnya daya beli masyarakat juga terlihat dari aktivitas di pusat perbelanjaan atau shopping mall. Hal ini terlihat jelas melalui kecenderungan berbelanja masyarakat yang cenderung membeli produk dengan harga lebih murah.
“Sebetulnya bisa dilihat tren gaya belanjanya. Karena masyarakat menengah ke bawah uangnya lebih sedikit, mereka membelanjakannya untuk barang-barang yang harganya lebih murah. Makanya toko-toko, mungkin saya sebut saja merek, toko”, seperti Miniso, KKV , DIY, Sociolla, penjualannya luar biasa karena setiap barang dijual dengan harga kecil-kecilan,” ujarnya.
Sebagai informasi, menurunnya daya beli masyarakat terlihat dari konsumsi rumah tangga. Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga pada triwulan II tahun 2024 sebesar 5,05%. Namun konsumsi rumah tangga dalam 3 triwulan terakhir hanya tumbuh kurang dari 5%.
Konsumsi rumah tangga pada triwulan II tahun 2024 hanya tumbuh sebesar 4,93% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (dibandingkan periode yang sama tahun lalu). Meski masih menjadi penggerak utama perekonomian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih berada di bawah 5% dalam 3 triwulan terakhir.
BPS Neraca menyebutkan: “Menurut perhitungan BPS, konsumsi riil rumah tangga terus tumbuh positif sebesar 4,93%, nilai konsumsi lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, namun beberapa item belum tumbuh setinggi laju pertumbuhan tahun lalu. Deputi Statistik. Analisanya, Moh Edy Mahmud dalam jumpa pers, Senin (8 Mei 2024). (itu/rd)