Jakarta –
Susu ikan tiba-tiba menjadi perbincangan hangat setelah masuk dalam menu gratis Program Gizi (MBG). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun mengungkap potensi susu ikan dalam perekonomian Indonesia jika masuk dalam program andalan yang dicanangkan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistyo mengatakan susu ikan berpotensi memberikan dampak besar jika masuk dalam rencana nasional.
Sekadar informasi, susu ikan merupakan produk turunan dari bubuk hidrolisat protein ikan (HPI). Susu ikan bukanlah susu yang dihasilkan dari susu seperti halnya susu sapi, melainkan diperoleh dari pengolahan ikan dengan menggunakan teknologi canggih.
Budi mengatakan, kelompoknya mempelajari manfaat susu ikan dengan memenuhi kebutuhan susu pada program MBG. Untuk memenuhi kebutuhan susu sebesar satu persen sebanyak 4,1 juta ton, Budi mengatakan pihaknya bisa membuka 6.150 pabrik HPI dan 7.100 pabrik susu ikan.
Dia mengatakan, skema ini agar perusahaan didirikan di dekat nelayan. Dengan begitu, bahan baku yang diperoleh dari nelayan bisa langsung disimpan di pabrik.
“Nah, suplementasinya hanya satu persen saja, yaitu sekitar 4,1 juta ton dari total kebutuhan susu. Ini multiplier effectnya. Kalau kita ambil protein dari ikan yang diambil dari HPI, maka HPI-nya akan diolah seperti itu dampak “Multiplier effect yang bisa didapat dari industri protein 6 ribu ikan (HPI), pabrik susu ikan 7 ribu,” kata Budi dalam wawancara eksklusif dan dikutip Detikcom, Kamis (26/9/2024) Telah pergi.
Dengan adanya peluang pembukaan HPI dan pabrik susu ikan, Budi melaporkan bisa mendapatkan 195 ribu karyawan. Rinciannya, nelayan berjumlah sekitar 86 ribu orang, industri HPI sebanyak 73 ribu orang, dan industri susu ikan sekitar 35 ribu orang. Lebih lanjut, Budi memperkirakan kapasitas produksinya mencapai 492 ribu ton susu ikan per tahun.
“Harga rata-rata pembelian bahan baku ikan diperkirakan Rp 7,8 triliun. Kemudian jika selesai maka HPI akan memproduksi sekitar 147.000 ton per tahun dan jika dilihat dari data keekonomian nilainya mendekati Rp 29 triliun “I-HPI” akan berproduksi 492 ribu ton per tahun dengan manfaat ekonomi Rp70 triliun per tahun jika susu tersebut dikemas dalam botol siap minum. Itu terjadi,” kata Buddy.
Selain itu, ikan yang digunakan untuk pembuatan susu ikan berasal dari ikan yang bernilai ekonomi rendah seperti ikan petek, ikan kunyit, dan ikan tambra. Budi menegaskan, jenis ikan tersebut terdapat di seluruh perairan Indonesia. Ia pun berharap jika kapasitas produksi meningkat, pihaknya tidak mengekspor ikan tersebut ke negara lain.
Sementara itu, teknologi hidrolisat protein ikan (HPI) sedang digunakan oleh anak-anak di Indonesia. Ia mengatakan, teknologi tersebut saat ini sudah tersedia di Indonesia dan sedang dikembangkan.
Diakui Budi, pabrik HPI baru ada satu yang berlokasi di Indramayu. Pabrik tersebut mampu memproduksi 30 ton bubuk HPI sebagai bahan baku susu ikan per bulan. Ia juga membeberkan rencana KKP membangun pabrik susu ikan di Pekalongan.
“Jadi sekarang kapasitas terpasang di Indramayu 30 ton. Kita lagi bangun percontohan di Pekalongan dengan kapasitas 2 ton per bulan. Nanti jadi percontohan, tempatnya dilihat masyarakat, perbandingan prosesnya dipelajari,” ujarnya (red/red).