Wonosobo –
Wonosobo mempunyai agenda rutin festival balon udara. Rupanya, festival tersebut sudah menjadi tradisi sejak zaman penjajahan Belanda.
Ketika kebanyakan orang mendengar tentang balon udara, mereka langsung teringat pada Cappadocia, Turki. Ketimbang mengikuti Cappadocia, Kabupaten Wonosobo rupanya menggunakan balon udara, sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Menurut buku Jejak Tradisi Balon Wonosobo, tradisi menerbangkan balon untuk merayakan Idul Fitri sudah dilakukan oleh para tetua Wonosobo sejak zaman penjajahan Belanda.
Pada tahun 1920-an, balon udara ditemukan oleh Atmojo Gopar, seorang tukang cukur, pembuat sangkar burung dan lentera, serta pemain rebana dari distrik Kertek.
Balon udara Atmojo terinspirasi dari pendaratan balon udara yang saat itu digunakan para fotografer untuk mengambil foto udara Alun-Alun Wonosobo. Hal ini pula yang menyebabkan munculnya fotografi udara di banyak wilayah Wonosub pada awal abad ke-20.
Tidak serumit sekarang, balon Atmojo masih sangat sederhana, menggunakan kertas krep sebagai alasnya sehingga harus dijahit.
Penerbangan balon pertama Atmojo berlangsung di halaman musala Karakal Tamnan dan disaksikan warga sekitar. Sejak saat itu, kabar tentang balon udara menyebar dengan pesat hingga menjadi fenomena yang selalu dinantikan penduduk setempat.
Sebelum menggunakan kayu, balon ini menggunakan teknik pengasapan pada awal penerbangan, yaitu menghasilkan asap hitam pekat dari campuran batang padi kering dan basah.
Pada tahun 1980-an bahan bakar rokok mulai beralih ke kayu, sebelum tahun 2000-an diperkenalkan batok kelapa yang menghasilkan asap yang lebih bersih dan lebih indah jika dilihat dari balon udara yang sedang terbang.
Balon yang terbuat dari bahan mahal tidak bisa diterbangkan sewaktu-waktu. Pada tahun 1950-an, balon plastik dibuat dan digunakan oleh masyarakat setempat dan pengrajin untuk memeriksa cuaca sebelum penerbangan balon.
Baru pada tahun 1990an balon kertas minyak mulai diproduksi. Selain corak dan warnanya lebih menarik, kertas minyak juga mudah ditiup karena ringan dan mudah didapat di pasaran.
Penerbangan balon udara yang tadinya hanya sekedar hiburan sederhana setelah Idul Fitri, akhirnya berubah menjadi acara perayaan besar yang rutin diadakan setiap hari jadi Kabupaten Wonosubu.
Pada tahun 2005, festival balon udara tradisional berskala besar pertama diadakan di Alun-Alun Wonosobo. Setahun kemudian, festival tersebut berhasil memenangkan dua rekor Maurya secara bersamaan – rekor balon paling tradisional dan rekor balon terbesar saat itu.
Namun perjalanan liburan kali ini tidak berjalan mulus. Pada tahun 2015, festival tradisional balon udara yang rencananya digelar di Stadion Klangate terpaksa dibatalkan karena dianggap mengganggu penerbangan.
Pada akhirnya, beberapa aturan disepakati, antara lain batasan jarak terbang balon udara dan penerbangan balon harus ditambatkan ke tanah (tidak diluncurkan ke langit) agar pekan raya reguler dapat dilanjutkan pada tahun 2017.
Tahun ini merupakan momen penting dalam pengembangan balon, yaitu berdirinya dan pengakuan resmi Komunitas Balon Wonosobo. Sejak saat itu, balon udara di Wonosobo semakin digemari dengan jumlah penonton yang terus bertambah bahkan menarik banyak investor. Salah satu festival utamanya adalah Java Balloon Festival pada tahun 2019.
Saat ini, penikmat balon udara di Wonosobo sedang booming. Kualitas dan bentuk balon juga bervariasi dan meningkat.
Festival yang semula hanya menerima minimal tujuh balon udara, kini setiap festival bisa menerbangkan puluhan balon udara dengan paket yang semakin unik. Berbagai tim balon udara biasanya menghadirkan penari dan musik untuk memeriahkan festival.
Setiap kali Idul Fitri tiba, berbagai desa di Wonosubu mengadakan festival balonnya masing-masing. Komunitas balon udara Wonosobo mencatat hal itu selama tahun 2017 sekitar 1.500 balon udara diterbangkan selama liburan. Kegembiraan itu sempat tertunda karena adanya pandemi Covid-19 di Indonesia.
Namun pekan raya ini akan kembali digelar mulai tahun 2023. Faktanya, pada tahun 2024 Festival Balon Udara Wonosobo akan menampilkan 14 destinasi penerbangan yang berlangsung selama 11 hari berturut-turut mulai tahun 2024. 11 April hingga 21 April
Festival tersebut merupakan langkah strategis Pemerintah Kabupaten Wonosubu untuk menarik banyak wisatawan dari berbagai daerah untuk melihat keindahan alam dan tradisi daerah yang dikenal dengan negeri awan itu. Saksikan video Puluhan Balon Udara Menghiasi Langit Wonosubu Bak Cappadocia Turki (wsw/fem)