Jakarta –
PT Bank Rakyat Indonesia (orang) TBK. Atau Bri masih menekankan dedikasinya dalam penerapan prinsip -prinsip lingkungan, sosial dan manajemen (ESG) sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan.
Ini sejalan dengan meningkatnya perhatian investor terhadap aspek yang berkelanjutan. Direktur Bri Sunarso menekankan bahwa ESG bukan hanya kecenderungan, tetapi lebih merupakan arah strategis mendasar untuk bisnis di tingkat global.
“Pada implementasi ESG ini, proses bisnis dan operasional BRI selaras dengan standar yang tepat, baik domestik maupun global. Kemudian implementasi kami telah mengumpulkan strategi keberlanjutan yang berfokus pada tiga pilar utama, yaitu lingkungan, sosial dan manajemen (ESG),” kata Sunarso dalam pernyataan tertulis, Rabu (3/19/2025).
Sementara itu, BRI telah membentuk struktur yang kuat, mulai dari komite hingga divisi khusus yang memastikan bahwa semua inisiatif keberlanjutan dieksekusi dengan baik. Pertama, dalam implementasi pilar lingkungan, Bri mengambil berbagai langkah konkret untuk mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon. Salah satu prioritas terpenting adalah penerapan manajemen risiko perubahan iklim, diikuti oleh jaringan hijau dan inisiatif perbankan hijau.
Kedua, dari sisi sosial, BRI juga berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan. This commitment is in accordance with the role of BRI as a motorcycle that drives a folk economy, where the total credit spread by BRI reached until the end of 2024 RP 1,354,64 trillion, 6.97% grew on an annual basis (Yoy, with the dominance of MSME credit, which reached 81.97% of the total credit, or 1,110.37.
Kemudian, dalam manajemen tenaga kerja, perusahaan menerapkan manajemen sumber daya manusia. Sementara itu, sehubungan dengan masyarakat, BRI mengelola Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) sebagai bentuk kontribusi untuk pengembangan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Sementara itu, untuk pilar ketiga, BRI juga memperkuat terus menerus sementara perusahaan terus menyelaraskan praktik bisnisnya dengan standar etika global untuk menghindari praktik pencucian hijau, serta untuk meningkatkan manajemen risiko yang terkait dengan ESG, termasuk risiko cyber di era digital.
Sebagai upaya nyata untuk mendukung keuangan berkelanjutan, BRI telah menyebarkan pembiayaan keberlanjutan, juga pembiayaan berkelanjutan dalam bentuk pinjaman hijau dan pinjaman sosial. Bri, direkam hingga Desember 2024, telah menyebar ke kegiatan operasi yang berkelanjutan, yaitu pinjaman hijau atau RP. 86,6 triliun.
Sementara itu, penyebaran pinjaman sosial mencapai Rp 698,7 triliun, yang berfokus pada mendukung pertumbuhan MSM sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Dalam hal kewajiban, BRI telah melakukan kegiatan pendanaan berkelanjutan melalui masalah koneksi hijau dengan nilai total Rp 13,5 triliun, yang terdiri dari fase yang berbeda sejak 2022.
Sementara itu, pelepasan Green Bond Fase 1 senilai RP 5 triliun pada 21 Juli 2022 mengatakan. Dia mengatakan bahwa obligasi hijau BRI selalu menandatangani terlalu banyak, mencerminkan minat pasar yang tinggi dalam instrumen keuangan berkelanjutan.
Setelah keberhasilan pada fase pertama, BRI melanjutkan penerbitan Green Bond Fase 2 senilai Rp 6 triliun pada Oktober 2023 dan Green Bond Fase 3 senilai Rp 2,5 triliun pada Maret 2024. Pada kesempatan yang sama, direktur ESG yang dapat ditekankan oleh ESG, tetapi menjadi nilainya. Investor dan minat.
“Di pasar modal Indonesia saat ini, investasi berkelanjutan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, yang tercermin dalam peningkatan nilai aset yang dikelola dari produk investasi pasif dengan tema ESG,” kata Jeffrey. Tonton video “129 tahun BRI mewujudkan inovasi dan layanan yang sangat baik untuk Indonesia” (HNU/EGA)