Jakarta –
Pemerintah Rwanda telah memperoleh 700 dosis vaksin virus Marburg dari Sabin Vaccine Institute, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Vaksinasi akan diberikan kepada mereka yang paling berisiko.
Dikutip BBC, negara Afrika Timur itu mencatat 12 orang meninggal akibat infeksi virus Marburg. Kebanyakan dari mereka yang meninggal adalah profesional kesehatan.
“Mereka yang paling berisiko, seperti dokter, dan mereka yang pernah melakukan kontak dengan pasien Marburg, akan menjadi target awal pemberian vaksin,” kata Menteri Kesehatan Rwanda Sabin Nsanzimana.
Virus Marburg yang dikenal mematikan ini memiliki gejala yang sama persis dengan penyakit Ebola, yaitu demam, nyeri otot, diare, muntah-muntah, dan dalam beberapa kasus, kematian akibat kehilangan banyak darah.
Menurut Kementerian Kesehatan Rwanda, saat ini terdapat sekitar 46 kasus infeksi virus Marburg. Ini merupakan pertama kalinya virus tersebut ditemukan di Tanah Air dan masih belum diketahui asal usulnya. Rwanda ingin memesan lebih banyak dosis vaksin.
Saat ini, pemerintah daerah hanya melakukan vaksinasi pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Masih belum ada rencana untuk memvaksinasi anak-anak.
Meski begitu, Kementerian Kesehatan Rwanda berencana memesan lebih banyak dosis vaksin untuk mengatasi serangan virus Marburg di negaranya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian kasus (CFR) virus Marburg dapat membunuh sekitar setengah dari orang yang terinfeksi. Dalam wabah sebelumnya, Marburg membunuh antara 24 dan 88 persen orang yang terinfeksi.
Dalam upaya menekan angka paparan virus Marburg, pemerintah setempat membatasi jumlah orang yang menghadiri pemakaman korban meninggal akibat virus tersebut.
Selain itu, Rwanda berencana menerapkan pembatasan perjalanan, serta pemeriksaan suhu, kuesioner penumpang, dan tempat sanitasi tangan di titik keberangkatan. Tonton video “Virus Marburg menyebar di Afrika, angka kematiannya relatif tinggi” (dpy/naf)