Jakarta –
Plastik impor masih mengalir masuk ke Indonesia. Seperti biasa, mayoritas berasal dari Tiongkok.
Eko Harjanto, Asisten Deputi Pembangunan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, menjelaskan impor plastik dari China mencapai 51,9%. Disusul Jepang 8,16%, Malaysia 6,4%, Thailand 5,3%, Korea 4,31%, dan Singapura 4,21%.
Eko mengatakan, impor produk plastik Indonesia semakin meningkat. Sementara ekspor justru mengalami stagnasi. Defisit neraca perdagangan plastik Indonesia akan meningkat menjadi 1,7 miliar dolar pada tahun 2023.
“Jadi tahun 2023 ekspor mencapai 1,49 miliar dolar AS, impor mencapai 3,27 miliar dolar,” kata Eko dalam acara FGD, antara lain impor produk plastik jadi yang menggerus tingkat daya saing industri plastik Indonesia. Pullman Hotel Thamrin, Jakarta, Kamis (15/8/2024).
Sedangkan untuk data neraca perdagangan tahun 2024, pada bulan April nilai impornya mencapai US$ 233,15 miliar. Sementara ekspor stagnan di angka 103,47 juta dolar AS. Impor ini terus meningkat karena produksi Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Eko, kebutuhan plastik di Indonesia terus meningkat. Pertama, produk plastik dalam negeri untuk keperluan dalam negeri sebanyak 963.000 ton, kemudian kebutuhan sebanyak 605.000 ton, ekspor sebanyak 520.125 ton, dan impor masih sebanyak 165.333 ton.
Kemudian produksi plastik untuk bahan bangunan sebanyak 67.996 ton, kebutuhan sebanyak 79.363 ton, ekspor sebanyak 5.486 ton, dan impor sebanyak 17.225 ton.
Kemudian plastik untuk kemasan, produksinya sekitar 112.532 ton, kebutuhan 116.946 ton, ekspor 2.916 ton, impor masih 7.330 ton lebih. Terakhir, plastik lainnya dengan produksi 67.996 ton, permintaan 79.763 ton, ekspor 5.488 ton, dan impor 17.225 ton.
“Sepertinya total impor kita untuk plastik rumah tangga, bahan bangunan, kemasan, dan plastik lainnya masih lebih banyak dibandingkan ekspor kita,” ujarnya.
Eko mengatakan Indonesia tidak bisa mengandalkan bahan baku plastik dari produsen lokal karena kapasitas produksinya tidak mencukupi. Bahan baku plastik PE, PP, PS, PVC dan PET oleh produsen dalam negeri saat ini hanya mampu memenuhi 50-60% dari total kebutuhan bahan baku plastik nasional.
Impor bahan baku plastik didominasi oleh poliolefin, antara lain impor polietilen (PE) sebanyak 605.000 ton dan impor polipropilen (PP) sebanyak 599.000 ton, ujarnya. (schc/hns)