Jakarta –
Leog Ponologo diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda milik Indonesia. Vincentius Zemadu, Wakil Direktur Produk Pariwisata dan Penyelenggara Acara Kementerian Pariwisata (Kemempar), mengaku bangga menerima pengakuan tersebut, menjelaskan bahwa pariwisata Indonesia pada dasarnya berakar pada budaya.
Ia mengatakan, ada tiga jenis produk wisata di Indonesia: budaya, alam, dan kuliner. Oleh karena itu, ketiga potensi tersebut perlu ditingkatkan dan dikembangkan agar lebih menarik minat wisatawan.
“Kalau kalian paham, Riog Ponologo adalah event yang berbasis budaya dan kita punya tiga portofolio produk, yang pertama budaya, yang kedua alam, dan yang ketiga makanan dan minuman 60 “Indonesia memang didorong oleh budaya ‘karena’, sekitar 30 persen dari alam dan sekitar 5 hingga 10 persen dari makanan dan minuman,” kata Kementerian Pariwisata di Jakarta, usai menggelar rapat prakoordinasi nasional . kata Vincentius (5 Desember 2024).
Pria yang akrab disapa VJ ini kemudian menegaskan, pariwisata Indonesia yang merupakan produk budaya termasuk Leog Ponorogo perlu mendapat perhatian lebih. Mempertahankan keunikan dan keunikan budaya akan membantu menarik wisatawan.
Dan untuk Reog Ponologo, kita sudah rapat untuk memastikan maksud dari Event Karisma Event Nusantara, Dan ternyata Leog Ponologo itu event yang benar-benar kharismatik.” Kami layak untuk diikutsertakan dalam acara karismatik yang akan berlangsung di nusantara pada tahun 2025 ini.” kata VJ.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pariwisata Lou Pushpa mengungkapkan rasa bangga dan syukurnya seni Liog Ponologo telah diakui UNESCO. Ke depan, dengan memanfaatkan momentum baik ini, Indonesia dapat terus melestarikan budaya dan meningkatkan sektor pariwisata.
“Kami bersyukur dan sangat bangga akhirnya bisa bergabung dengan UNESCO. Kami berharap ini semakin menambah rasa percaya diri kami. Kami berharap budaya, tradisi, dan kesenian Indonesia bisa masuk dalam UNESCO,” kata Nee Lu. Saksikan video “Pengumuman Menteri Kebudayaan tentang status Leog Ponologo sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO” (upd/fem)