Jakarta –
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) memfasilitasi pelanggannya untuk menciptakan variasi produk olahan tahu melalui studi banding. Hal ini dilakukan untuk menciptakan peluang bisnis yang dapat ditekuni oleh klien Mekaar.
Fasilitas tersebut diberikan PNM melalui program Pengembangan Sumber Daya Usaha (PKU) kepada 16 klien senior yang merupakan eksekutif grup PNM Mekaar. Pelanggan dari Banjarnegara, Balikpapan, Pati, Pontianak, Purwokerto, Samarinda, Solo dan Tegal mengikuti studi banding yang dilakukan di Bandung.
Dalam kegiatan ini pelanggan diberikan edukasi mengenai jenis dan kualitas tahu yang baik, serta cara menjaga kebersihan hasil olahan tahu dan mengembangkan potensi usaha. Tahu dapat menjadi alternatif olahan sehat pengganti daging/produk hewani lainnya.
Sekretaris Perusahaan PNM L. Dodot Patria Ari mengatakan, kajian benchmarking ini merupakan salah satu persembahan intelektual PNM kepada klien. Pasalnya, PNM merupakan perusahaan keuangan non-bank yang memberikan 3 modal usaha.
“PNM memberikan modal finansial, intelektual dan sosial. Jadi kami tidak sekadar memberikan uang kepada pelanggan yang mencoba menyewa, tapi kami akan menggandeng mereka hingga mereka mampu untuk naik kelas,” kata Dodot dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/7/2024).
Benchmarking juga bertujuan untuk meningkatkan hubungan pelanggan dengan sektor usaha sejenis. Diharapkan para peserta dapat saling berbagi cerita dan kemudian memunculkan ide-ide menarik untuk mengembangkan usahanya.
“Semakin banyak bantuan yang dapat diberikan PNM, maka semakin besar pula potensi bisnis klien melalui jejaring sosial yang mereka bangun. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka dari kalangan kurang mampu,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Rini Tri Hastuti, salah satu peserta studi benchmarking yang sudah turun temurun menjalankan bisnis tahu, mengaku semakin sadar akan pentingnya memilih olahan kedelai yang sehat. Ia tak menyangka akan terpilih memimpin rombongan senior yang diundang untuk mengikuti studi banding.
“Saya pikir ketika mendapat modal dari PNM, sudah selesai. Ternyata saya mendapat pelatihan gratis serupa. Usaha manufaktur saya menjadi mata pencaharian banyak keluarga di Krayan,” kata Rini.
Rini pun bersyukur bisa bersamanya hingga mendapatkan bisnis yang sah.
“Saya lebih percaya diri untuk berjualan karena usaha saya sudah terdaftar. Saya berharap kita semua bisa keluar dari permasalahan ekonomi yang kita alami,” lanjutnya.
Sekadar informasi, kajian benchmarking PNM telah berlangsung sejak tahun 2022. Lebih dari 200 nasabah telah merasakan manfaat bantuan PNM. (acd/acd)