Jakarta –
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto angkat bicara mengenai Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut. Laporan S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2024 sebesar 49,2, sama dengan bulan sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut, Airlangga mengatakan banyak negara yang mengalami kondisi kontraksi di sektor manufaktur. Dari negara-negara ASEAN, hanya Vietnam yang dikatakan dalam kondisi baik.
“Banyak negara yang masih membuka lowongan kerja di sektor manufaktur, termasuk ASEAN. Mungkin yang masih bagus hanya Vietnam,” kata Airlanggak kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (1/1/2024).
Di Indonesia sendiri, menurut Airlangga, sektor manufaktur menyusut selama empat bulan berturut-turut seiring melemahnya daya beli masyarakat. Situasi ini diperkirakan akan segera membaik.
“Tentu kita lihat saja. Bagi kami di Indonesia, kami juga melihat penurunan konsumen dari sisi domestik. Jadi tentu kami berharap hal itu bisa terjadi kembali,” ujarnya.
Dalam laporan S&P Global, penurunan permintaan pasar menjadi salah satu penyebab berkurangnya sektor manufaktur. Hal ini biasa terjadi baik di pasar domestik maupun internasional, dengan ketidakpastian geopolitik yang menyebabkan penurunan permintaan ekspor selama delapan bulan berturut-turut.
“Industri manufaktur Indonesia terus menurun pada bulan Oktober, dengan output, pesanan baru dan lapangan kerja relatif datar dibandingkan bulan September. Para panelis sering mencatat lemahnya aktivitas pasar, dalam beberapa kasus terkait dengan ketidakpastian geopolitik, yang menyebabkan kehati-hatian pelanggan dan stagnasi.” kata Paul Smith, CFO S&P Global Market Intelligence.
Kondisi bisnis yang lesu menyebabkan perusahaan melakukan PHK rata-rata tiga kali lipat dalam empat bulan terakhir. Jumlah lapangan kerja kemudian turun selama lima bulan berturut-turut, penurunan tercepat sejak Januari 2021. (dukungan/edisi)