Jakarta –

Kabar bertambahnya jumlah kementerian dari 34 menjadi 40 di pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada 2024-2029 semakin menjadi sorotan publik. Ada yang mendukung rencana tersebut, namun ada juga yang tidak setuju.

Demikian kelebihan dan kekurangan penambahan lemari pakaian, diperkirakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (BPRS) akan lebih leluasa jika rencana itu benar-benar dilaksanakan. Hal ini menurut beberapa pengamat dalam negeri.

Pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor mengatakan, bertambahnya jumlah kementerian di RI tentu tidak akan terlalu berpengaruh terhadap besaran APBN yang harus disiapkan pemerintah ke depan. Sebab penambahan ini akan meningkatkan belanja pemerintah.

“Dia harus menyediakan dana untuk operasional kantor dan lain-lain, termasuk perolehan sumber daya manusia, lalu kalau pekerjaannya tidak rumit (cukup rumit untuk membentuk Kementerian baru), apa gunanya (meningkat),” kata Firman. detikcom, Selasa (14/5/2024).

Namun, dia belum bisa memastikan apakah kenaikan besaran belanja pemerintah ini merupakan pajak APBN. Namun, menurut Firman, daripada menggunakan APBN untuk membentuk Kementerian baru, lebih baik dana tersebut disalurkan untuk program-program yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

“Saya tidak tahu hitung-hitungan keekonomiannya, jadi saya tidak tahu sulit atau tidak. Tapi pendanaan yang ada untuk pengembangan birokrasi akan lebih baik jika diarahkan ke permasalahan yang lebih konkrit,” ujarnya.

Makanya Kementerian yang ada lebih baik daripada menambah Kementerian lain, buang-buang uang, dananya bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih mendesak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pencarian kerja, dan sebagainya. lebih konkrit,” jelasnya lagi.

Senada dengan itu, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio juga mengatakan, bertambahnya jumlah kementerian dapat menyebabkan belanja pemerintah menjadi lebih besar. Sedangkan ia sendiri meyakini bertambahnya jumlah kementerian bisa membantu pemerintah selanjutnya mewujudkan janji atau program unggulannya.

“Yang utama adalah bisa mempercepat kinerja pemerintah dalam memenuhi janji kampanye, tentunya untuk kesejahteraan rakyat. Minus beban APBN (semakin berat),” ujarnya.

Misalnya anggaran pegawai bertambah karena jumlahnya bertambah, atau bisa juga karena biaya operasional Kementerian yang otomatis bertambah, dan sebagainya.

“Membuat Kementerian (baru) hanya (menambah) Menteri saja, harus ada PNS. Lalu bagaimana, kita terima PNS baru atau minta PNS dari Kementerian pindah?” kata Henry.

“Tapi biaya personelnya hanya satu, bukan infrastruktur lain yang dibutuhkan. Jadi penambahan Kementerian bukan sekadar menambah kantor untuk memasang tempat, tapi ada biayanya. Ini salah satu hal yang perlu dilakukan. dipertimbangkan,” katanya. dijelaskan lagi.

Kemudian Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian Kelautan Piter Abdullah juga menyampaikan pendapatnya, jika pemerintah menambah jumlah Kementerian dari 34 menjadi 40 maka belanja pemerintah ke depan akan semakin besar. Dikatakannya, gaji pegawai dan anggaran program baru Kementerian nantinya akan menjadi faktor utama dalam perluasan APBN.

“(Menambah jumlah kementerian) akan menambah beban APBN. Apakah menteri tidak digaji? Dan yang harus diingat, masing-masing menteri harus punya tim, tidak bisa bekerja sendiri. Tiap menteri harus punya tenaga ahli, staf, eselon 1 , eselon 2, dan pegawai kementerian lainnya,” kata Peter

“Yang pasti jumlah (biaya yang dibutuhkan) kelompok tiap Kementerian yang dibentuk besar. Tambah satu Menteri tambah satu kelompok, tambah dua Menteri ditambah dua kelompok. Belum ada program kerja, belum ada kantor,” imbuhnya. .

Oleh karena itu, Piter menilai pemerintahan selanjutnya harus mempertimbangkan rencana penambahan jumlah kementerian. Meski menurutnya, jika pemerintahan mendatang menambah jumlah kementerian, seharusnya Prabowo dan tim sudah memperhitungkan besaran anggaran yang dibutuhkan.

Makanya harus diperhitungkan sekali, menambah jumlah Menteri itu butuh biaya besar. Tapi yang menentukan adalah Prabowo, harus diperhitungkan semuanya, bahwa keputusannya itu akan berdampak pada tambahan biaya, jadi untuk sejauh mana dia mampu menutupi biaya tambahan tersebut,” jelasnya.

(fdl/fdl)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *