Jakarta –
Desa Kelawi di Kecamatan Bakauheni, Provinsi Lampung Selatan, memang tak enak dipandang mata. Namun memiliki nilai yang besar sebagai desa wisata yang memiliki kegiatan agrowisata baru dan meraih penghargaan Desa BRILiaN Hijau 2023 dari BRI.
Desa ini mudah dijangkau oleh para pelancong, terutama dari daerah sekitar Jakarta. Jaraknya sangat dekat dengan pelabuhan Bakauheni, kurang lebih 10 kilometer atau 15 menit lewat jalan Sumatra.
Setelah melintasi jalanan berbukit dan berkelok-kelok melewati hamparan perkebunan, wisatawan akan segera disambut dengan pasir putih Pantai Minang Rua Desa Kelawi. Pantai ini menjadi favorit para wisatawan yang ingin berkunjung ke desa Kelawi. Penduduk setempat menjaga kebersihan mutlak di pantai ini.
Warga juga mengalami kemajuan dalam proyek Bank Sampah yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kelawi Mandiri. Proyek ini bertujuan untuk mengajak warga Desa Kelawi untuk bersama-sama menjaga kebersihan pantai Minang Rua dan seluruh wilayah desa.
Sekretaris BUMDes Kelawi Mandiri Rian Haikal mengatakan, proyek Bank Sampah ini dimulai dengan niat baik untuk mengajak masyarakat mengedukasi pelestarian lingkungan.
“Masyarakat mengumpulkan sampah-sampah yang dijualnya, kemudian kami pengelola kabel menimbang dan membayarnya dengan rekening BRI,” kata Rian dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/7/2024).
Menurutnya, kehadiran sampah menjadi insentif bagi masyarakat Kelawi untuk menjaga kelestarian alam. Tak hanya meningkatkan kesadaran akan kebersihan, proyek ini juga merupakan bentuk kesadaran finansial dan investasi yang berhasil dilaksanakan BRI.
Rian menambahkan, Desa Kelawi bisa mendapatkan manfaat terkait pertanian. Melalui inovasi pertanian, desa tersebut telah melahirkan varietas alpukat terbaru berupa Alpukat Sipit Kelawi yang telah memiliki hak paten dan sertifikasi.
Rian pun mengakui potensi ekonomi buah alpukat bagi masyarakat pedesaan. Ia berharap wisatawan mudah merasakan kenikmatan buah alpukat asli dari desanya.
“Kalau wisatawan ke Kelawi, mereka bisa melihat pohon alpukat di halaman belakang rumahnya dan kalau sudah berbuah, kita ambil dan jual ke wisatawan,” ujarnya.
Mencapai ekonomi hijau melalui kultivar alpukat baru
Alpukat Sipit Kelawi telah ditanam selama 15 tahun oleh Syahbana, seorang petani dan ketua kelompok tani di Desa Kelawi. Alpukat jenis ini dikenal sebagai turunan dari jenis lainnya.
Di lahan seluas 3 hektare, Syahbana mengaku mampu menanam hingga 60 ton sekaligus dari 25 varietas alpukat yang ditanamnya. Keberhasilannya juga didorong oleh peran pengurus BUMDes Kelawi dalam memperkenalkan dan mempromosikan kepada masyarakat luas.
Alpukat jenis Kelawi ini memiliki daging buah yang tebal dan rasanya lebih manis, manis, dan berair dibandingkan varietas lainnya. Alpukat Sipit Kelawi dijual dengan harga hingga Rp 20.000 per kilonya.
Syahbana mengatakan, Sipit Kelawi menarik dan bisa memberikan kekayaan bagi keluarganya. Selain itu pohonnya butuh cepat berbuah, umur tanamannya kurang dari 2 tahun.
Karena kebutuhan yang berbeda-beda tersebut, Syahbana mulai membuat program di setiap rumah untuk menanam pohon Sipit Kelawi. Dengan dibantu kelompok pemuda, ia memberikan 800 buah alpukat kepada warga Desa Kelawi.
Syahbana berharap buah alpukat ini dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Kelawi. Apalagi dengan nilainya yang bagus.
“Di desa kami, kami membuat proyek untuk satu kepala keluarga menanam dua pohon alpukat dari Sipit Kelawi. Masyarakat juga melihat nilai komersial dari alpukat itu sendiri,” ujarnya.
Saat ini Syahbana bersama BUMDes Kelawi sedang mencari cara untuk memenuhi kebutuhan produksi alpukat Sipit Kelawi. Selain memanfaatkan masyarakat untuk ikut menanam, mereka juga meneliti bahwa alpukat jenis ini bisa dipanen lebih dari tiga kali dalam setahun.
Upaya BUMDes Kelawi dan warga untuk mengembangkan kapasitas dan inovasi melalui proyek penanaman alpukat dan bank sampah membuahkan hasil yang positif. Selain meningkatkan perekonomian, Desa Kelawi berhasil meraih penghargaan Desa Hijau dalam Program Desa Hijau BRILiN Tahun 2023.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa BRILiaN Village merupakan proyek pemberdayaan desa yang bertujuan untuk menciptakan model dalam pembangunan desa.
Proyek ini diprakarsai oleh BRI sebagai bentuk pengembang di desa-desa berkembang. Hingga akhir Juni 2024, terdapat 3.602 desa yang diberdayakan Desa BRILiaN.
“Penguatan pedesaan merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian, mengingat pembangunan desa di Indonesia bersifat heterogen dan merupakan permasalahan bersama. Hasilnya dapat mendorong kemajuan desa-desa di Indonesia”, kata Supari.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang keindahan dan kegunaan BRILiaN Kelawi Village yang sesungguhnya, Anda bisa cek di sini.
Saksikan video “Keharmonisan Petani di Tanah Tuan Merauke” (mega/mega)