Hadiah-

Penuh dengan Istilah yang menggambarkan suasana Run Zheng 03, kapal Tiongkok yang kini sandar di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Tual, Maluku.

Dinding bagian dalam kapal tampak usang, menandakan sudah berapa lama kapal berada di laut. Hal ini diperkuat dengan bau menyengat yang tercium di sela-sela ranjang tempat para anak buah kapal (ABK) mengheningkan cipta.

“Di sini (di kapal) kami masuk ke ruangan, (dinding) ruangan itu dipenuhi tulisan. Teks-teks tersebut berbicara tentang diskriminasi, mereka berbicara tentang keluhan yang sudah berlangsung lama dari para kru. Diantara teman-teman kita,” kata Orfin secara tertulis, Selasa (06/04/2024) di Pangkalan PSDKP Tual, Maluku.

Muslih dan Arifin menjadi dua saksi suasana pengap di kapal dan tekanan mental yang kuat di baliknya. Keduanya merupakan anak buah kapal (ABK) kapal asing asal China yang baru-baru ini ditahan karena melakukan aktivitas illegal fishing di Laut Arafura.

Arifin mengatakan, dirinya dan Muslih menjadi ABK Run Zheng 03 melalui sebuah instansi di Peklongan, Jawa Tengah. Keduanya selamat dan mengadu nasib di kapal selama dua bulan dengan memanfaatkan janji manis perusahaan.

“Waktu itu kami dijanjikan uang sebesar Rp 8-11,5 juta. Dan kami tidak tahu kalau pesawat itu ilegal, kami tahu itu sah, seperti itu. dikirimkan pada tanggal 6 Maret, “Saya segera mulai bekerja. Ini bukan apa yang mereka janjikan,” katanya.

Total ada 11 awak kapal berkebangsaan Indonesia dan 18 awak kapal Tiongkok. Diakui Arifin, kehidupannya selama pelayaran penuh tekanan dan diskriminasi. Misalnya saja soal makanan, awak kapal Indonesia mendapat jatah khusus dan terbatas. Padahal, ada beberapa kondisi yang sebaiknya tidak Anda konsumsi ikan segar.

“Saya chefnya. Itu ayam. Pengiriman pertama ada tasnya, kiriman yang kami bawa masih segar. Terpaksa masak ayamnya dari pengiriman pertama dan sudah baunya tidak enak. Bahkan dari sini. Segar itu ikan juga.

“Jadi udangnya tidak boleh sama sekali. Beda, nasi Cina lebih berbunga dibandingkan nasi kita,” lanjutnya.

Tekanan mental melalui kekerasan fisik juga menjadi hal biasa. Namun, tidak semua awak kapal asal Tiongkok melakukan diskriminasi. Selain itu, “senjata” lain yang sering digunakan Warga Negara Asing (WNA) ketika keadaan mulai memanas dengan WNI adalah dengan memberikan “suap” berupa roti atau rokok.

Awak kapal Indonesia tidak punya pilihan lain. Periksa halaman berikutnya.

Tonton Juga Video: PSDKP Batam Sita 4 Ton Ikan Impor Ilegal dari Malaysia

(shc/gambar)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *