Jakarta –
Eric Schmidt, CEO Google dari tahun 2004 hingga 2011 dan ketua dewan direksi hingga tahun 2015, menyatakan keprihatinannya tentang budaya kerja Google saat ini, yang menurutnya menempatkan Google sebagai cikal bakal ChatGPT, yang terlibat dalam pengembangan AI.
Schmidt menyuarakan keprihatinannya sebagai profesor tamu di Universitas Stanford. Ia mengutarakan pandangannya mengenai telecommuting, atau bekerja dari rumah, yang tampaknya sangat ia tolak saat WFH.
Pernyataan itu muncul dalam video yang diposting di YouTube, yang menunjukkan Schmidt dimintai nasihat tentang startup AI yang lebih baik seperti OpenAI dan Anthropic.
“Google telah memutuskan bahwa keseimbangan antara kehidupan kerja dan kemampuan untuk cepat pulang dan bekerja dari rumah lebih penting daripada kemenangan. Alasan mengapa startup bisa sukses adalah karena karyawannya bekerja keras seperti detikINET.” kutipan dari The Verge, Rabu (14/8/2024).
Meski bukan lagi karyawan Google, ia mengatakan bekerja di kantor satu hari dalam seminggu bukanlah cara terbaik untuk bekerja.
“Maaf, saya harus jujur. Tapi yang penting ketika Anda lulus dan memulai sebuah perusahaan, Anda tidak bisa membiarkan orang bekerja dari rumah dan hanya datang satu hari dalam seminggu jika ingin bersaing dengan startup lain. Selengkapnya “. Menekankan.
Pandangan Schmidt mengenai WFH konsisten dengan pandangan para eksekutif puncak lainnya. Misalnya saja CEO JP Morgan Jamie Dimon yang selama ini vokal mengenai telecommuting dan memaksa karyawannya untuk kembali bekerja dari kantor.
Namun pernyataan Schmidt tentang karyawan yang hanya berangkat ke kantor seminggu sekali juga tidak tepat. Menurut laporan yang dipublikasikan, Google akan mewajibkan karyawannya untuk datang ke kantor tiga hari seminggu mulai tahun 2022.
Kemudian, pada Juni 2023, Google mulai melacak kehadiran karyawannya dengan memindai ID kantor dan menggunakannya untuk mengevaluasi kinerja karyawan, menurut laporan CNBC.
Tonton video “Gemini Manfaat Software Canggih Berbasis AI Google” (asj/asj)