Jakarta –

Kunjungan wisatawan ke tempat wisata Pangandaran mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun ini. Berbagai faktor seperti risiko bencana alam dan risiko penggelapan pajak digadang-gadang menjadi biang keladinya.

Absennya kunjungan tersebut diungkapkan Ketua DPRD Pangandaran Asep Noordin. Ia mengaku kaget dengan jumlah kunjungan yang hanya 30%. Meski secara kasat mata pengunjung akhir pekan Pangandaran terlihat ramai.

Asep mengatakan, Senin (28/10/2024), “Menurut riset BI, saya terkejut karena tingkat kunjungan wisatawan pada 2024 hanya 30 persen dari target 4 juta kunjungan.”

Menurut dia, keadaan ini menjadi permasalahan, bisa karena sistem administrasi perpajakan atau keluarnya wajib pajak. “Karena penurunannya sangat parah. Tahun 2022 kunjungan wisatawan kita lebih dari 3 juta, tahun 2023 masih lebih dari 2 juta. Tapi tahun ini menurut riset BI hanya 1,4 juta kunjungan wisatawan,” dia. dikatakan

Padahal, kunjungan wisatawan bergantung pada beberapa faktor seperti kondisi alam, bencana, geopolitik, dan juga kondisi perekonomian. Asep mengatakan, “Makanya banyak sekali faktornya dan faktor tersebut tidak bisa kita hindari.”

Namun dari segi pengelolaannya harus ditanyakan faktor lain sebaiknya ditanyakan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangandaran.

“Administrasi retribusi di pintu gerbangnya bagaimana, bagaimana sistemnya? Saya kira karena penurunan kunjungan wisatawan itu penting sekali, maka itu harus kita evaluasi.”

Asep mengatakan, jika sistem pemungutan tilang dulu untuk setiap unit kendaraan dan sekarang untuk semua, seharusnya pajaknya sangat tinggi.

“Atau perbedaannya tidak terlalu penting. Tentu ini perlu kita pelajari dan evaluasi agar kita bisa memperbaikinya ke depan.”

Sementara itu, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Pangandaran, Agus Mulyana mencontohkan sepinya pengunjung karena kurangnya promosi. Ia menilai penting adanya Badan Pengembangan Pariwisata Daerah (BPPD).

Menurut dia, minimnya lembaga promosi pariwisata lokal menjadi salah satu penyebab menurunnya kunjungan wisatawan. “Sebenarnya mempromosikan pariwisata bukanlah yang terbaik,” kata Agus.

Ia pun mempertanyakan mengapa kabupaten yang memiliki jargon pariwisata global Pangandaran ini lemah terhadap lembaga pengembangan pariwisata setempat. “Memang ada bidang promosi pariwisata di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Pangandaran,” ujarnya.

Menurutnya, sangat penting dibentuknya badan pengembangan pariwisata daerah di Provinsi Pangandaran. Agus mengatakan: “Untuk membuat kerangka bagaimana pariwisata itu dibuat bekerjasama dengan Direktur Pariwisata. Kami masih belum memiliki kerangkanya.”

Agus menilai langkah Pemda Pangandaran untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan menjawab pertanyaan terkait pariwisata terbilang lambat. Berbeda dengan PHRI yang terus melakukan peramalan dengan berbagai cara, seperti berkolaborasi dengan BPBD melakukan simulasi bencana pada isu Megathrust.

“Untuk bisa menjelaskan bahwa Megathrust itu tidak tahu kapan akan terjadi. Yang penting bagaimana kesiapan kita di kawasan. Apalagi di destinasi wisata kita,” ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangandaran Nana Sukarna mengatakan kunjungan wisatawan menurun karena kini ada perbedaan sistem. Bahkan, kunjungan wisatawan, khususnya destinasi wisata yang dikelola pemerintah daerah, mencapai 3,7 juta pada tahun 2022. Sedangkan pada tahun 2023 sebanyak 2,8 juta kunjungan wisatawan dan tahun 2024 sebanyak 1,8 juta kunjungan hingga 26 Oktober.

Ia mengatakan kunjungan wisatawan mengalami penurunan karena sebelumnya aturan memasuki tempat wisata didasarkan pada klasifikasi kendaraan. Nana, Selasa (29/10/2024) mengatakan, “Siapa yang tidak sengaja tercatat memasuki salah satu kawasan wisata.”

Misalnya pengunjung yang pergi ke wisata pantai Pangandaran berarti mereka yang datang ke Pangandaran. Kalau ke Batu Hiu berarti tercatat hanya ke pantai Batu Hiu saja.

Nah, peraturan terbarunya nomor 23 tahun 2024 tentang klasifikasi kelas, ujarnya.

Oleh karena itu, Pola menjadi salah satu kawasan tempat wisata pantai Pangandaran dan Batu Hiu. Pantai Batu Karas dan Pantai Madasari menjadi satu kawasan. Sedangkan Pantai Karapyak dan Green Canyon sendiri atau masing-masing.

Kata Nana, “Makanya kemarin kita hitung dari pintu. Kalau bus besar masuk ke pantai Pangandaran, otomatis terdaftar di Pangandaran. Malah ke pantai Batu Hiu. Ya, di sinilah tempatnya berita bohong. . .

Oleh karena itu, karena tempat wisata ini banyak dikunjungi dimana-mana, otomatis pengunjung yang ke pantai Pangandaran juga ikut ke pantai Batu Hiu. Perbaiki dirimu sendiri.

“Hanya saja, kelemahan kami adalah kami tidak memiliki alat untuk menunjukkan tiketnya. Kalau beli tiket di Pangandaran, lalu ke Batu Hiu, mitra tiket hanya bisa mengecek tiketnya.”

Pengunjung yang memasuki pantai Pangandaran dan Batu Hiu terdaftar sebagai pengunjung pantai Pangandaran saja. Makanya kemarin ada perbedaan kunjungan. Karena kami tidak mencatat ada orang yang melanjutkan kunjungan wisata ke pantai Batu Hiu dari pantai Pangandaran.

Oleh karena itu, mereka hanya didaftarkan di pintu masuk pantai Pangandaran. Karena ada aturan kunjungan wisatawan dimana-mana, tutupnya.

____________________

Artikel ini dimuat di Video detikJabar “Rasa Makanan Bintang Lima di Café Pangandaran” (wkn/wkn)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *