Jakarta –
Migrain adalah sakit kepala yang menyebabkan nyeri tajam atau sensasi berdenyut di satu sisi kepala. Kondisi ini biasanya dapat berlangsung berjam-jam atau berhari-hari sehingga dapat mengganggu pekerjaan korbannya.
“Migrain adalah sakit kepala yang paling umum terjadi pada masyarakat dan menyebabkan kecacatan yang signifikan,” kata Dr. kata Tiersa Vera Junita.
Menurut Global Incidence, jumlah penderita migrain di seluruh dunia meningkat sebesar 40 persen, dari 62,2 juta pada tahun 1990 menjadi 87,6 juta pada tahun 2019. Menurut data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), Indonesia merupakan negara penyumbang kasus migrain baru terbesar keempat di dunia dengan angka 3,5 juta pada tahun 2019.
Migrain lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Proporsinya adalah 18,9 persen pada perempuan dan 9,8 persen pada laki-laki.
Dr. Restu Susanti, SpN, SubspNN (K), M Biomed mengatakan, migrain sering kali dialami wanita karena masalah hormonal.
“Migrain merupakan penyebab kecacatan nomor dua pada wanita. Kenapa? Ada faktor hormonal. Tapi semua bisa diatasi. Karena setelah pubertas, menurut teori, setiap wanita atau pria 3-4 kali lebih mungkin menderita migrain. Laki-Laki Lebih dari,” Dr. kata Restu.
“Serangan migrain pada perempuan ini berlangsung lebih lama, risikonya lebih tinggi, kecacatannya lebih besar, dan waktu pemulihannya lebih lama,” ujarnya.
Dr. Menurut Restu, wanita mengalami perubahan hormonal mulai dari masa pubertas, menstruasi, kehamilan, dan menopause. Pada wanita, hormon estrogen berperan penting dalam calcitonin gene-related peptida (CGRP) sebagai pemicu migrain, ujarnya.
“Insiden serangan migrain pada wanita meningkat dengan cepat selama masa remaja, mencapai puncaknya pada masa reproduksi dan menurun setelah menopause,” katanya. Tonton video “Mengenali Beberapa Pemicu Migrain” (suc/naf)