Jakarta –
Dua bidan di Balai Bersalin Tegarejo Yogyakarta praktek jual beli bayi. Sejak tahun 2010, mereka telah menjual 66 bayi kepada orang lain melalui adopsi ilegal. Kedua pelaku adalah DM (77 tahun) dan JE (44 tahun).
Aji Muhavarman, Direktur Kantor Komunikasi Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI, juga mengungkapkan keprihatinan dan penyesalan atas kejadian tersebut. Dia mengatakan, pihaknya sudah menyerahkan kasus tersebut ke polisi.
Ya, kami menyayangkan kejadian ini. Sebagai tindak pidana, kami akan serahkan prosesnya ke polisi, ujarnya saat dihubungi detikcom, Senin (16/12/2024).
Aji juga mengatakan, pusat isolasi dan tenaga medisnya umumnya berada di bawah pengawasan langsung Dinas Kesehatan setempat, yang juga memberikan izin operasional dan praktik.
“Mereka pasti akan mengevaluasi dan mengambil tindakan yang tepat,” lanjutnya pula
Diberitakan sebelumnya, Kombes Polda DIY FX Endriadi mengatakan, kasus tersebut terungkap setelah polisi menerima laporan penculikan bayi di rumah bersalin di Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
“Kalau TKP, lokasi TKP di kawasan Tegalrejo Kota Yogyakarta, tempat praktek dokter keluarga dan ahli kecantikan,” kata Ndriyadi saat mengumumkan kasus tersebut di Mapolda DIY, Sleman, Kamis. (Desember 2024 12), dikutip detikJogja.
Lebih lanjut, Endriadi menjelaskan, dari hasil pemeriksaan, tersangka telah memperdagangkan bayi sejak tahun 2010 dan menjual bayi tersebut ke berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan dokumen serah terima dari rumah bersalin, bayi-bayi tersebut dijual ke berbagai wilayah Indonesia antara lain Papua, NTT, Bali, dan Surabaya.
Ia mengatakan: “Dari kegiatan kedua tersangka, mereka memperoleh data 66 bayi, termasuk 28 laki-laki dan 36 perempuan. Ada juga dua bayi yang tidak memiliki informasi jenis kelamin.”
Calon pembeli diminta membayar jutaan rupee.
Berdasarkan perhitungan, biaya bayi perempuan kurang lebih Rp55 juta hingga Rp65 juta, dan biaya bayi laki-laki Rp65 juta hingga Rp85 juta, kata Kombes Nugroho Arianto, Kabid Humas Yogyakarta. Polda. Saksikan video ” Video: Pemerintah targetkan penurunan kematian akibat pneumonia pada balita pada tahun 2030″ (suc/kna)