Jakarta –

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mengumumkan telah menerima suntikan dana tunai sebesar Rp 17,7 triliun dari penyertaan modal negara (PMN) pada periode 2015 hingga 2022.

Presiden KAI Didyek Hartantyo mengatakan seluruh dana tersebut digunakan untuk pelaksanaan proyek Rencana Strategis Nasional (PSN) bernama LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Woosh.

Terkait pelaksanaan PMN sebelumnya, total PMN yang diterima selama 2015 hingga 2022 adalah Rp17,7 triliun. Semuanya terkait dengan proyek PSN yaitu LRT Jabodebek dan KCB, kata Didik dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP). DJKN dan Komisi XI DPR RI, Senayan di Jakarta, Senin (7/1/2024).

Dalam paparan yang disampaikan Didik, disebutkan bahwa pada tahun 2015, KAI menerima PMN sebesar Rp 2 triliun yang digunakan untuk mendukung pembangunan LRT Jabodebek. Demikian PP Nomor 131 Tahun 2015, perubahan terakhir PP Nomor 59 Tahun 2017.

Kemudian pada tahun 2017, KAI kembali mendapat dukungan dari PMN sebesar Rp 2 triliun, lagi-lagi untuk pembangunan LRT Jabodebek. Ini PP Nomor 59 Tahun 2017. Kemudian pada tahun 2018, perusahaan kereta api milik negara ini kembali mendapat suntikan dana sebesar Rp3,6 triliun untuk mendukung pembangunan LRT Jabodebek.

Selain itu, pada tahun 2021, KAi kembali mendapat dana PMN sebesar Rp6,9 triliun yang meliputi LRT Jabodebek sebesar Rp2,6 triliun dan proyek KCJB sebesar Rp4,3 triliun. Pasalnya, PP Nomor 119 Tahun 2021 bertujuan untuk menutup biaya LRT Jabodebek dan JCJB bertujuan untuk menambah modal saham proyek tersebut.

Terakhir, KAI mendapat PMN sebesar Rp3,2 triliun pada tahun 2022 untuk menutupi pembengkakan biaya proyek KCJB. Demikian PP Nomor 62 Tahun 2022. Didik mengatakan pada tahun 2024 pihaknya kembali mengajukan PMN sebesar Rp 2 triliun untuk kebutuhan pengadaan peralatan kereta api listrik (KRL).

Persyaratan tersebut merupakan rencana investasi penggunaan gedung KRL dan PNM. Secara keseluruhan, kebutuhan investasi akan mencapai Rp9,18 triliun pada tahun 2027. Menurut dia, kebutuhan investasi akan mencapai puncaknya pada tahun 2025, mencapai Rp2,37 triliun pada semester I 2025 dan Rp3 triliun pada semester II.

“Sejauh ini yang diminta adalah Rp 810 miliar pada semester II tahun 2024, sehingga pemenuhan PMN tahun ini sebesar Rp 2 triliun merupakan persiapan kita pada semester II tahun 2024 dan semester I tahun 2025. Jadi pemenuhan permintaan ini benar-benar tepat waktu dan kami akan menyerap seperti yang diterapkan pemerintah,” jelasnya.

Didik mengatakan, penerapan PMN muncul karena kondisi kepadatan penumpang KRL yang terlalu tinggi dan melebihi kapasitas. Hal ini terutama terjadi pada jam sibuk antara pukul 06:00-08:00, yang berlangsung hingga pukul 09:00 dan berlanjut hingga pukul 16:00-20:00. Okupansi mencapai 71% pada jam normal, sedangkan pada jam sibuk mencapai 129%.

“ITB pernah memproyeksikan 1,1 juta penumpang per hari dan jika peralatan tidak dibeli maka peak occupancy bisa mencapai 242% (2027). Karena itu diperlukan pembelian pengganti sehingga dibutuhkan tambahan 37 rangkaian kereta pada tahun 2027,” ujarnya. dia berkata.

Saat ini, sebagian besar KRL Indonesia berusia di atas 30 tahun karena kereta yang kami operasikan saat ini. Sebab dulunya ketika Indonesia mengimpor KRL, itu bukanlah kereta api baru.

Selain itu, akan terjadi tren peningkatan jumlah penumpang KRL hingga tahun 2027. Pada tahun 2025, jumlah penumpang KRL atau jalur pinggiran kota diperkirakan meningkat sekitar 5% menjadi 362 juta penumpang. Kemudian pada tahun 2026 mencapai 398 juta penumpang dan pada tahun 2027 mencapai 410 juta penumpang.

“Padatnya penumpang di KRL dan stasiun berdampak pada penurunan tingkat kenyamanan penumpang dan peningkatan risiko keselamatan penumpang. Overcrowding semakin sering terjadi sehingga perlu penambahan fasilitas,” ujarnya. (shc/fdl)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *